Jenis-Jenis Burung Yang Disebutkan Al-Quran

Di dalam Al-Quran kita dapati ada beberapa jenis burung yang disebutkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang mana burung-burung ini tidak sembarang burung. Jadi burung-burung di bawah ini memiliki keistimewaan dan keutamaan.

1. Burung Hud-Hud

Hud-Hud



Burung pertama yang akan kita bahas adalah burung Hud-Hud, yaitu sejenis burung pelatuk. Dikisahkan bahwa ketika Nabi Sulaiman ‘Alaihissalam sedang memeriksa burung-burung, si Hud-Hud tidak hadir dan Baginda Sulaiman ‘Alaihissalam mencari-carinya.

Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata: "Mengapa aku tidak melihat hud-hud, apakah dia termasuk yang tidak hadir. (Q.S. An-Naml : 20)
Ketika itu Nabi Sulaiman ‘Alaihissalam begitu marah dan emosi, bahkan dia ingin menyembelih si Hud-Hud

Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang." (Q.S. An-Naml : 21)
Dan akhirnya Hud-Hud datang dengan suatu berita.

Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata: "Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba’ suatu berita penting yang diyakini. Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar. Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk, agar mereka tidak menyembah Allah Yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan Yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Allah, tiada Tuhan Yang disembah kecuali Dia, Tuhan Yang mempunyai 'Arsy yang besar." (Q.S. An-Naml : 22-26)
Selanjutnya dapat kita lihat kisahnya di ayat selanjutnya. Jadi burung Hud-Hud ini juga patuh kepada Allah dan menyembah-Nya. Masya Allah.

2. Burung Gagak

Gagak
 Di dalam Al-Quran, burung gagak ini berperan sebagai contoh bagi Qabil yang membunuh saudaranya yaitu Habil karena dendam dan marahnya. Burung gagak ini diperintahkan Allah mengajari bagaimana cara menguburkan seorang yang telah meninggal dengan menggali tanah di bumi.

Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil: "Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" Karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal. (Q.S. Al-Maa’idah : 31)
Dan pada akhirnya Qabil pun mengubur saudaranya dengan perasaan menyesal yang sangat.

3. Burung Salwa

Salwa

Burung salwa ini disebut 4 kali di Al-Quran diiringi dengan “manna”. Manna adalah makanan manis sebagai madu, sedangkan Salwa adalah burung sebangsa puyuh. Keduanya ini merupakan salah satu nikmat yang diberikan kepada Bani Israil umat Nabi Musa ‘Alaihissalam.

Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu "manna" dan "salwa". Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu; dan tidaklah mereka menganiaya Kami; akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (Q.S. Al-Baqarah : 57)

4. Burung Ababil



Di dalam Al-Quran, burung Ababil hanya sekali disebut Al-Quran yaitu pada Surah Al-Fiil. Jadi dikisahkan ketika Raja Abrahah (Gubernur Yaman ketika itu) bersama pasukannya ingin menghancurkan Ka’bah kemudian Allah Subhanahu Wa Ta’ala menurunkan burung Ababil yang membawa batu-batu dari tanah yang terbakar untuk dilemparkan kepada Abrahah dan pasukannya, sehingga dibuatlah Abrahah beserta pasukannya mati di tempat dan dijadikan seperti dedauan yang dimakan ulat

Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka'bah) itu sia-sia?  dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar, lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat). (Q.S. Al-Fiil : 1-5)
Semoga bermanfaat.

Kisah Qarun Yang Mati Ditelan Bumi Bersama Kesombongan dan Hartanya


Qarun adalah seseorang yang hidup pada zaman Nabi Musa ‘Alaihissalam, bahkan termasuk kerabat beliau karena Qarun adalah seorang anak dari Paman Nabi Musa ‘Alaihissalam. Sebagian di antara kita mungkin pernah mendengar ceritanya bahkan hafal riwayat kehidupan dari Qarun ini. Qarun pada mulanya adalah seorang yang sangat sholeh, taat kepada Taurat, senantiasa mengamalkan Taurat dan mengikuti ajaran yang dibawa Nabi Musa ‘Alaihissalam, dan lain-lain. Tetapi ketika Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikannya harta yang begitu banyak dan melimpah ruah, dia pun 180 derajat berubah dari sebelumnya. Dia berubah menjadi sosok yang sombong dan melupakan banyak ajaran Taurat. Orang-orang di sekitarnya pun menasehatinya agar jangan menjadi orang yang sombong, karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.

Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: "Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri." (Q.S. Al-Qashash : 76)


Tetapi ketika dinasehati oleh orang-orang apa katanya? Dia menjawab dengan begitu angkuh dan sombongnya

Qarun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku." Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka. (Q.S. Al-Qashash : 78)

Qarun berkata bahwasannya dia diberi harta itu karena ilmunya, karena pengetahuannya, dan dari dirinya sendiri. Tapi dia melupakan suatu hal, bahwasannya itu semua datang dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala

Dan bertakwalah kepada Allah yang telah menganugerahkan kepadamu apa yang kamu ketahui. (Q.S. Asy-Syu’araa’ : 132)

Lalu setelah itu Qarun keluar dari rumahnya menunjukkan kekayaan dan harta yang dimilikinya kepada orang-orang dengan kesombongannya

Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: "Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar." (Q.S. Al-Qashash : 79)

Orang-orang yang melihatnya bahkan berharap agar mereka juga memiliki kekayaan yang serupa, padahal ketahuilah itu hanyalah kesenangan dunia dan bersifat binasa, tidak akan kekal dan tidak akan dibawa mati.

Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang- orang yang sabar." (Q.S. Al-Qashash : 80)
Tetapi orang-orang yang dianugerahi ilmu oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala melaknatnya, karena pahala dari Allah lebih baik daripada harta dan kesenangan dunia yang bersifat tidak kekal.

Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya). (Q.S. Al-Qashash : 81)

Maka Allah Ta’ala Yang Maha Kuasa menghancurkan dan membenamkan Qarun bersama harta-hartanya ke dalam bumi, yang menunjukkan murka Allah kepada orang-orang yang sombong dan tidak menggunakan pemberian Allah dengan sebaik-baiknya.

Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Qarun itu, berkata: "Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hambanya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang- orang yang mengingkari (nikmat Allah)." (Q.S. Al-Qashash : 82)

Ketika melihat adzab kepada Qarun, orang-orang yang dulunya menginginkan seperti Qarun segera bertaubat kepada Allah dan mengagungkan-Nya, bahwasannya jikalau mereka seperti Qarun maka mereka juga akan dibinasakan oleh Allah Ta’ala. Karena ketahuilah, orang-orang yang tidak mensyukuri nikmat Allah akan mendapatkan keberuntungan, malah akan mendapat adzab dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Maka dari itu saudara-saudaraku, ketika kita diberi nikmat oleh Allah Ta’ala hendaklah kita mensyukuri nikmat tersebut, dengan beribadah kepada-Nya, taat kepada-Nya dan menggunakan nikmat tersebut sebaik-baiknya. Jangan sampai kita terlena dengan nikmat itu, jangan kita sombong dan takabur. Ketahuilah, kehidupan dunia bersifat sementara dan akhirat itu kekal. Semoga kisah Qarun ini menggugah hati kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan menjadikan pelajaran agar jangan seperti dirinya.

Semoga bermanfaat.

Gambaran Al-Quran Tentang Kenikmatan-Kenikmatan di Surga


Allah Ta’ala telah menyediakan bagi orang-orang yang bertakwa dan beriman surga, yang mana tidak sembarang orang dapat masuk ke dalam surga. Surga itu begitu indah, begitu menyenangkan, dan tempat kesudahan yang terbaik bagi orang-orang yang dikehendaki Allah untuk memasukinya. Siapa yang tidak mau masuk ke dalam surga? Semua orang di dunia ini ingin memasuki surga.

Allah Ta’ala memberikan kita gambaran kenikmatan berada surga di dalam Al-Quran.

Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam tempat yang aman, (yaitu) di dalam taman-taman dan mata-air-mata-air; (Q.S. Ad-Dukhaan : 51-52)

Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga 'Adn. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar. (Q.S. At-Taubah : 72)

Yang pertama ialah surga itu memiliki taman-taman dan mata air mata air yang begitu indah, mengalahkan keindahan taman dan tempat apa saja di muka bumi ini. Di surga juga ada sungai-sungai yang luar biasa indah dan nikmatnya.

Mereka itulah (orang-orang yang) bagi mereka surga 'Adn, mengalir sungai-sungai di bawahnya; dalam surga itu mereka dihiasi dengan gelang mas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat istirahat yang indah; (Q.S. Al-Kahfi : 31)

Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang beriman dan mengerjakan amal yang saleh ke dalam surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Di surga itu mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas dan mutiara, dan pakaian mereka adalah sutera. (Q.S. Al-Hajj : 23)

Selanjutnya di surga itu orang-orang yang berada di dalamnya akan memakai sutera yang halus dan tebal dan duduk berhadap-hadapan. Perhiasannya dari emas dan mutiara. Masya Allah

demikianlah. Dan Kami berikan kepada mereka bidadari. (Q.S. Ad-Dukhaan : 54)

Dan pada sisi mereka (ada bidadari-bidadari) yang tidak liar pandangannya dan sebaya umurnya. (Q.S. Shaad : 52)

Allah juga memberikan kepada orang-orang yang berada di dalam surga bidadari-bidadari yang sungguh cantik dan menyejukkan mata, mereka bersenang-senang di dalamnya dan bebas melakukan apa saja bersama bidadari itu.

Di dalamnya mereka meminta segala macam buah-buahan dengan aman (dari segala kekhawatiran) (Q.S. Ad-Dukhaan : 55)

Di dalam surga itu terdapat segala macam makanan dan buah-buahan. Apel ada, jeruk ada, anggur ada, dan semuanya itu aman dan tidak akan ada habisnya.

mereka tidak akan merasakan mati di dalamnya kecuali mati di dunia. Dan Allah memelihara mereka dari azab neraka, (Q.S. Ad-Dukhaan : 56)

Jadi di dalam surga itu tidak akan ada lagi mati, mereka akan abadi di surga dan Allah akan memeliharanya dari azab neraka. Subhanallaah.

Diedarkan kepada mereka piring-piring dari emas, dan piala-piala dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya." (Q.S. Az-Zukhruf : 71)

Di surga ada piring-piring dari emas, piala-piala dan segala yang kita inginkan.

Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya; didalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu." (Q.S. Faathir : 35)

Di dalam surga tidak ada namanya lelah dan tidak ada namanya lesu, tidak ada namanya sakit, tidak ada namanya flu dan lain sebagainya. Penghuninya tidak akan pernah mati dan akan abadi di surga

Bagi mereka di dalam surga itu apa yang mereka kehendaki, sedang mereka kekal (di dalamnya). (Hal itu) adalah janji dari Tuhanmu yang patut dimohonkan (kepada-Nya). (Q.S. Al-Furqaan : 16)

Di dalam surga seseorang bebas menginginkan apa saja yang ia kehendaki, dia bisa meminta bidadari, makanan, istana, dan lain sebagainya.

Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni syurga, mereka kekal di dalamnya. (Q.S. Yunus : 26)

Ini adalah kenikmatan yang melebihi nikmat berada di surga, yaitu melihat Dzat Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan mata kepala kita sendiri. Allaahu Akbar.

Dari gambaran Al-Quran saja kita sepertinya sudah terbayang begitu indah dan nikmatnya berada di surga, apalagi jikalau nanti sudah berada di surga, Maasyaa Allaah. Dasih banyak lagi kenikmatan-kenikmatan berada di surga yang lainnya. Kita berdoa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala agar kita, teman kita, keluarga kita, dan semua kerabat kita dimasukkan ke dalam surga. Aamiin Allaahuma Aamiin

Semoga bermanfaat.

Ini Dia Orang Yang Buta Pada Hari Kiamat

mata
Mata

Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah Tuhan kita, sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk selalu taat dan patuh kepada-Nya.

Katakanlah (ya Muhammad): "Sesungguhnya aku dilarang menyembah sembahan yang kamu sembah selain Allah setelah datang kepadaku keterangan-keterangan dari Tuhanku; dan aku diperintahkan supaya tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam. (Q.S. Al-Mu’min : 66)

Allah Ta’ala sudah memberikan kita banyak peringatan, perintah, larangan, dan banyak hal, tetapi banyak sekali di antara kita yang mengabaikan hal itu. Kita seakan tidak peduli dengan peringatan Allah lagi, kita merasa seakan hidup selamanya, kita merasa bahwa peringatan Allah itu tidak penting, dan masih banyak di antara kita yang lebih mengejar dunia daripada akhirat yang kekal. Ketahuilah saudara-saudaraku, orang-orang tersebut akan dibutakan oleh Allah pada hari Kiamat.

Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta." (Q.S. Thaahaa : 124)

Lalu bagaimana keadaan manusia yang dibutakan ketika itu?

Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?" (Q.S. Thaahaa : 125)

Lalu Allah ‘Azza Wa Jalla melanjutkan firman-Nya.

Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan." Dan demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya kepada ayat-ayat Tuhannya. Dan sesungguhnya azab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal. (Q.S. Thaahaa : 126-127)

Allah telah memberi kita anugerah terbesar di dunia ini yaitu beragama Islam, tetapi kenapa kita tidak mematuhi ayat-ayat-Nya? Kenapa kita tidak merenungi apa yang ada di dalam Al-Quranul Karim?

Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah; tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah), yaitu diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi. (Q.S. Thaahaa : 2-4)

Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar, (Q.S. Al-Israa’ : 9)

Maka dari itu wahai saudara-saudaraku, mari kita kembali ke jalan Allah, kita perbaiki diri kita, kita introspeksi diri kita, serta senantiasa patuh dan taat kepada-Nya.

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al-Hasyr : 18)


Semoga pembahasan ini bermanfaat bagi kita semua.

Alasan Nabi Muhammad Diutus di Jazirah Arab

jazirah arab

Sungguh kebijaksanaan Allah telah menetapkan terbitnya matahari yang memusnahkan kegelapan, memenuhi dunia dengan cahaya dan hidayah, dari ufuq Jazirah Arab yang gelap gulita, dan sangat memerlukan cahaya yang memancar ini.

Allah telah memilih bangsa Arab, agar mereka menerima dakwah ini pertama kali, kemudian mereka menyampaikannya ke pelosok dunia yang terjauh. Sebab lembaran hati mereka suci, belum tertulis di atasnya tulisan-tulisan yang rinci dan dalam, yang sulit untuk dihapus dan dihilangkan. Tidak seperti bangsa Romawi dan bangsa India, yang tersesat dan sombong dengan ilmu pengetahuan dan tatanan etika mereka yang tinggi serta peradaban mereka yang bersinar, juga dengan falsafah-falsafah mereka yang luas. Sedemikian rupa sehingga pada mereka terdapat simpul-simpul ego dan pemikiran yang tidak mudah diuraikan.

Adapun bangsa Arab, pada lembaran-lembaran hati mereka hanya ada catatan sederhana, yang telah digoreskan oleh tangsan kebodohan dan kesahajaan. Sangat mudah untuk dihapus dan dicuci, serta digambari tempatnya dengan lukisan baru. Dalam istilah ilmu pengetahuan modern; mereka adalah orang-orang yang bodoh dan bersahaja, mudah diobat. Sementaram bangsa-bangsa yang beradab oada masa itu tertimpa kebodohan ganda yang sulit diobati dan dihilangkan.

Mereka sangat alami, memiliki keinginan yang kuat. Jika pemahaman terhadap kebenaran diselewengkan, niscaya mereka memeranginya. Jika mereka mengetahui secara langsung tentang sesuatu, maka mereka pun mencintainya dan memeluknya, bahkan rela mati dalam kesetiaannya.

Keegoan bangsa Arab ini digambarkan dengan amat baik oleh Suhail bin Amr, ketika ia mendengar tentang apa yang tertera dalam nota perdamaian (perjanjian) di Hudaibiyah, “Ini yang ditetapkan kepada Muhammad Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.”, maka ia berkata, “Demi Allah! Seandainya kami mengetahui bahwa engkau adalah rasul Allah, niscaya kami tidak menahanmu di rumah, dan kami tidak akan memerangimu.”

Demikian pula dengan pernyataan Ikrimah bin Abu Jahal pada saat bertahan di medan peperangan Yarmuk dan dalam keadaan terdesak. “Aku dahulu telah memerangi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam berbagai medan pertempuran, dan (aku sudah masuk Islam) mengapa aku harus lari dari kalian saat ini?” Kemudian ia berseru; menawarkan siapa yang akan bersumpah setia sampai mati. Lalu ada yang bersumpah setia. Kemudian ia terus berperang hingga jatuh terluka dan terbunuh dalam keadaan syahid.

Mereka adalah orang-orang yang sangat sederhana dan dermawan, keras, dan jujur. Mereka tidak akan menipu orang lain dan diri mereka sendiri. Mereka biasa berkata yang benar dan berkemauan keras. Dalil yang jelas menunjukkan hal tersebut adalah cerita tentang Bai’atul ‘Aqabah (sumpah setia di Aqabah) yang kedua, yang dilanjutkan dengan hijrah ke Madinah. Ibnu Ishak mengatakan : “Ketika suku Aus dan Khazraj di Aqabah untuk bersumpah setia (berbai’at) kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, berkatalah al-‘Abbas bin ‘Ubadah al-Khazraji, ‘Wahai sekalian kaum Khazraj! Apakah kalian menyadari untuk hal apa kalian bersumpah setia kepada laki-laki ini?, ‘Sesungguhnya kalian bersumpah setia kepadanya untuk memerangi manusia berkulit merah dan berkulit hitam. Jika menurut kalian, kalian menyerahkannya (bersumpah setia) ketika harta kalian berkurang karena musibah dan pemuka-pemuka kalian berkurang karena terbunuh, maka demi Allah, kalau kalian melakukannya, itu adalah kehinaan dunia akhirat. Dan, jika menurut kalian bahwa kalian setia kepadanya karena permintaan kalian kepadanya sekalipun harta berkurang dan para pemimpin terbunuh, maka lakukanlah. Karena hal itu adalah sesuatu yang paling baik di dunia dan akhirat. ‘Mereka berkata, ‘Kami melakukannya sekalipun harta kami berkurang dan pemuka-pemuka kami terbunuh. Lalu apa yang menjadi hak kami wahai Rasulullah, jika kami memenuhi janji kami?’ Rasulullah bersabda, ‘surga.’ Mereka berkata, ‘Ulurkanlah tangan anda.’ Lalu beliau merentangkan tangannya dan mereka pun bersumpah setia kepadanya.”

Sungguh mereka telah menepati janji mereka kepada Allah, mereka telah bersumpah setia kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Berkata Sa’ad bin ‘Ubaidah atas nama para sahabat pada waktu Perang Badar, “Demi zat yang diriku berada dalam kekuasaan-Nya, seandainya engkau memerintahkan kami untuk menceburkan diri ke laut (menyeberanginya), niscaya kami lakukan. Seandainya engkau memerintahkan kami untuk menyerang musuh sampai ke Barkul Ghimad, niscaya kami lakukan”

Kebenaran itu telah muncul dalam keinginan yang kuat, dan kesungguhan itu telah muncul dalam pembuatan, serta telah tampak pula semangat melaksanakan kebenaran. Seperti ucapan ‘Uqbah bin Nafi’, seorang panglima perang Arab Muslim; ia telah menembus benteng Atlas dengan pasukan dan kudanya, kemudian ia berkata, “Ya Tuhanku, seandainya bukan karena laut ini, niscaya aku menghabiskan waktu di daratan sebagai mujahid di jalan-Mu.”

Adapun bangsa Yunani, Romawi, dan penduduk Iran, mereka telah terbiasa menjelajah tempat-tempat lain dan mengarungi zaman. Mereka tidak digerakkan oleh kegelapan tidak tertarik pada kebenaran, tidak dikuasai oleh pemikiran dan dakwah, serta tidak dikuasai oleh kekuasaan yang membuat mereka lupa diri dan bertindak sembarangan dengan kehidupan dan kenikmatan yang mereka miliki.

Bangsa Arab jauh dari penyakit peradaban dan kemewahan yang sulit disembuhkan, di mana penyakit itu berakibat tiadanya keberanian untuk memperjuangkan sebuah kebuah keyakinan dan risiko kehilangan (atau pengorbanan) dalam perjalanan demi memperoleh keyakinan itu. Mereka adalah orang-orang yang jujur dan amanah serta berani. Kemunafikan dan konspirasi jahat bukanlah watak mereka. Mereka adalah para penyerang yang gagah berani di medan pertempuran, para penunggang kuda yang lihai, orang-orang yang ulet dan sabar, orang-orang yang tidak mementingkan kemewahan dunia. Keahlian berkuda adalah bakat utama yang harus dimiliki oleh bangsa yang kuat melakukan pekerjaan mulia. Sebab, masa itu adalah masa peperangan dan penuh pertarungan, masa keperwiraan dan kepahlawanan.

Kekuatan bekerja dan berpikir, dan bakat-bakat alamai tersimpan pada bangsa Arab. Kekuatan dan bakat tersebut selamat dari kerusakan yang diakibatkan oleh filsafat-filsafat imajinatif, perdebatan-perdebatan Bizantium, aliran-aliran ilmu kalam yang rumit, juga konflik wilayah-wilayah politik. Bangsa Arab adalah bangsa-bangsa yang masih muda, penuh semangat dan keinginan yang kuat dalam menjalani kehidupan.

Mereka adalah bangsa yang tumbuh atas dasar keinginan kuat terhadap kebebasan dan persamaan. Mereka adalah bangsa yang cinta damai, sederhana, tidak mau tunduk kepada pemerintahan asing, tidak menerima perbudakan, dan penghambaan oleh manusia lainnya. Mereka belum ternodai oleh kesombongan Kerajaan Iran atau Kerajaan Romawi, belum ternodai oleh penghinaan terhadap manusia dan kemanusiaan sebagaimana yang berlaku di kedua kerajaan tersebut.

Secara geografis, letak Jazirah Arab layak menjadi pusat dakwah di seluruh dunia dan kepada seluruh umat manusia. Di samping sebagai bagian dari Benua Asia yang terletak berdekatan dengan benudia Afrika dan tidak jauh dari Benua Eropa, yang semuanya merupakan pusat kebudayaan, intelektual, agama-agama, pemerintahan yang kuat dan luas.

Jazirah Arab juga dilewati oleh kafilah-kafilah dagang yang menghubungkan berbagai negeri. Terkadang, kafilah-kafilah tersebut juga menghubungkan antara bukit-bukit kecil yang terasing; mereka membawa barang yang berguna produk dari suatu negeri, ke negeri yang memerlukannya.

Jazirah Arab juga terletak di antara dua kekuatan yang bersaing, yakni kekuatan Kristen dan Majusi, kekuatan Barat dan Timur. Namun demikian, Jazirah Arab tetap menyimpan kebebasan dan kepribadiannya. Ia tidak tunduk kepada salah satu daulat (kekuasaan) kecuali hanya pada sebagian daerahnya, dan pada sebagian kecil suku-sukunya. Dengan demikian, Jazirah Arab berada dalam posisi yang sangat baik untuk menjadi pusat dakwah kemanusiaan secara universal, berdiri di atas jalan internasional, berbicara dari tempat yang tinggi, jauh dari pengaruh politik dan pengaruh asing.

Karena semua alasan di atas, Allah memilih Jazirah Arab dan Mekkah al-Mukarramah, sebagai tempat diutusnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, sebagai tempat diturunkannya wahyu, serta sebagai titik tolak perjalanan Islam di seluruh dunia. “Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan.” (Q.S. Al-An’aam : 124)

Dengan sejumlah anugerah inilah Allah memuliakan bangsa Arab. Allah Subhanahu Wa Ta’ala memuliakan bangsa Arab dengan keistimewaan yang dimiliki oleh Jazirah Arab, yang menjadi tempat penampakan hikmah Allah dengan memilihnya sebagai tempat diutusnya Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan sebagai tempat kelahiran agama Islam. Namun demikian, tidak kunjung ada tanda-tanda perubahan yang jelas di Jazirah Arab.

Orang-orang yang Hanifdan para pencari kebenaran sangat sedikit, jumlah mereka tidak lebih dari hitungan jari, tidak lebih dari sejumlah kecil kunang-kunang. Mereka terbang di malam hari yang dingin dan hujan, sangat gelap, tidak bisa memberikan petunjuk kepada orang yang tersesat jalan, serta tidak dapat menghangatkan rasa dingin.

Semoga bermanfaat.

Sumber : Pendidikan Agama Islam, Karya : Muhammad Luthfi Ubaidillah dan Fathur Rozak


Hubungan Jazirah Arab dengan Kenabian dan Agama-Agama Samawi

toleransi


Jazirah Arab adalah tempat lahirnya wahyu kenabian dan tempat dibangkitkan sejumlah nabi. Dalam Al-Quran Surah Al-Ahqaaf ayat 21 disebutkan bahwa:

Dan ingatlah (Hud) saudara kaum 'Aad yaitu ketika dia memberi peringatan kepada kaumnya di Al Ahqaaf dan sesungguhnya telah terdahulu beberapa orang pemberi peringatan sebelumnya dan sesudahnya (dengan mengatakan): "Janganlah kamu menyembah selain Allah, sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa azab hari yang besar." (Q.S. Al-Ahqaaf : 21)

Saudara kaum ‘Ad yang dimaksud adalah nabi Allah yang bernama Hud ‘Alaihissalam. Dia diutus kepada kaum ‘Ad. Menurut ahli sejarah kaum ‘Ad berasal dari Arab Baidah. Tempat tinggalnya bernama Ahqaf. Kata Al-Ahqaaf berarti bukit pasir yang tinggi.

Tempat tinggal kaum ‘Ad memang berada di dataran tinggi yang terpisah-pisah di sebelah selatan Jazirah Arab. Saat ini lokasinya berada pada pegunungan sebelah barat gurun ar-Rub’ul Khali, dekat dengan Hadramaut. Di sana tidak ada peradaban dan kehidupan. Padahal dahulunya terdapat kebun-kebun dan taman-taman, ramai oleh kaum raksasa, yang disebut sebagai kaum ‘Ad. Beberapa nabi telah mendahuluinya dan beberapa yang lain mengikutinya.

Ayat di atas juga telah menunjukkan bahwa Nabi Nuh ‘Alaihissalam bukanlah yang pertama atau yang terakhir dari nabi-nabi yang dibangkitkan di negeri-negeri Arab. Beberapa nabi telah mendahuluinya dan beberapa yang lain mengikutinya.

Demikian pula dengan Nabi Shaleh ‘Alaihissalam, yaitu nabi kaum Tsamur, yang diutus di Jazirah Arab. Kaum Tsamur ketika itu tinggal di Hijr yang terletak antara Hijaz dan Tabuk. Nabi Isma’il ‘Alaihissalam juga demikian tumbuh remaja di Mekkah, hidup dewasa dan wafat di Mekkah.

Dan, jika benar bahwa Madyan termasuk dalam Jazirah Arab dalam lingkupnya yang luas, maka Nabi Syu’aib ‘Alaihissalam yang diutus ke sana juga termasuk orang Arab. Madyan memang terletak di ujung bumi Arab dari arah Syam. Abul Fida mengatakan: ”Penduduk Madyan adalah golongan Arab. Mereka mendiami kota mereka (yakni Madyan) yang terletak dekat bumi Ma’an, bagian dari wilayah Syam, yang terus ke arah Hejas. Lokasinya dekat dengan telaga kaum Luth. Rentang waktu antara penduduk Madyan dengan kaum Luth hanya beberapa waktu saja.”

Selain menjadi tempat kelahiran para nabi, bumi Arab merupakan tempat berlindung bagi para pengemban risalah dan dakwah. Ketika mereka (para nabi), mendapatkan kesulitan maka bumi tempat tinggal mereka sudah terasa sempit, dan para penduduknya telah menolak mereka. Oleh karena itu para pengemban risalah dandakwah tersebut tidak mendapatkan tempat untuk berlindung, kecuali di tanah Arab yang jauh dari kekuasaan para raja yang sombong, atau para penguasa yang zalim.


Demikianlah yang dialami oleh Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam ketika memilih Mekkah, juga yang dialami oleh Nabi Musa ‘Alaihissalam di Madyan. Para nabi tersebut membawa risalah (agama) dan telah menerima kezaliman di daerah asalnya, lalu mencari perlindungan ke tempat-tempat di Jazirah Arab. Sejumlah besar kaum Yahudi pun melakukan migrasi, ketika mereka menerima penyiksaan dari Romawi, menuju ke Yaman dan kota Yastrib. Kaum Kristen juga berlindung ke bumi Najran, menghindari tekanan para kaisar yang menzalimi mereka.

Semoga bermanfaat.

Sumber : Pendidikan Agama Islam, Karya : Muhammad Luthfi Ubaidillah dan Fathur Rozak

Al-Quran Adalah Karangan dan Karya Muhammad?

Al-Quran

Banyak orang-orang kafir terutama orang Kristen yang menyebut Al-Quran adalah karya dan karangan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Jawaban kami :

Hal pertama yang ingin saya jelaskan bahwa pernyataan tersebut merupakan bentuk kebencian mereka terhadap Al-Quran ataupun Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Selanjutnya kami ingin menjelaskan bahwasannya Al-Quran bukanlah karangan ataupun karya Muhammad melainkan wahyu dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. (Q.S. Al-Baqarah : 23)

Allah Ta’ala menantang siapa saja yang menganggap bahwa Nabi Muhammad yang membuat-buat Al-Quran untuk membuat satu surat saja yang dapat menyamainya. Sampai sekarang belum ada satu orang pun yang dapat melakukan hal ini.

Kami juga ingin menjelaskan, apakah di abad ke 7 Masehi, di saat ilmu pengetahuan dan sains belum berkembang pesat, tetapi Al-Quran sudah menjelaskan tentang Teori Big Bang

Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman? (Q.S. Al-Anbiyaa’ : 21)

Apakah Muhammad yang notabennya adalah seorang ummi yang tidak bisa menulis dan membaca mengetahui proses penciptaan manusia dari awal sampai akhir.

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. (Q.S. Al-Mu’minuun : 12-14)

Apakah Muhammad yang lahir di abad ke 6 Masehi di kota yang saat itu masih berupa gurun pasir yang luas dan belum ditemukannya teleskop dapat menjelaskan tentang peredaran benda-benda langit di tata surya.

Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya. (Q.S. Al-Anbiyaa’ : 33)

Apakah Muhammad yang saat itu belum ada kapal selam ataupun teknologi di dalam air dapat menjelaskan tentang batas pemisah antara air laut dan air sungai

Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi. (Q.S. Al-Furqaan : 53)

Maka dari itulah saudara-saudaraku, tidak mungkin dan sangat tidak mungkin Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang telah mengarang dan menciptakan Al-Quran. Akan tetapi Al-Quran itu adalah wahyu dari Allah Ta’ala yang tidak ada keraguan padanya.

Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (Q.S. Al-Baqarah : 2)


Semoga bermanfaat.

Kesatuan Bahasa Jazirah Arab

Bahasa Arab

Di daerah yang luas dan hampir menjadi sebuah benua sudah sepantasnya terdapat berbagai jenis bahasa. Hal ini disebabkan oleh jauhnya jarak antarpemukiman suku-suku, serta jauhnya jarak Utara-Selatan Hijaz. Sebab lainnya adalah sedikitnya hubungan antara penduduk Selatan dengan penduduk Utara, dan antara penduduk Timur dengan penduduk Barat. Juga karena fanatisme kesukuan dan anak keturunan yang mengatur mereka. Selan itu karena pengaruh pergaulan suku-suku dengan bangsa Romawi dan Persia yang tetap menggunakan bahasa mereka.

Jumlah bahasa yang terdapat di Eropa Tengah sangat banyak. Jumlah bahasa di anak Benua India pun juga banyak. Jumlah bahasa yang diakui dalam Undang-Undang India mencapai lima belas bahasa lokal. Setiap bahasa local tersebut memiliki perbedaan sebagaimana perbedaan yang dimiliki oleh bahasa-bahasa yang mandiri. Dengan demikian penduduknya memerlukan terjemahan untuk memahaminya, atau memerlukan bahasa asing sebagai pengantar percakapan, misalnya Inggris.

Akan tetapi tidak demikian halnya dengan Jazirah Arab. Sekalipun wilayahnya luas, berjauhan tempatnya, dan beragam suku-sukunya, namun bahasanya tetap satu. Alat untuk saling memahami dan mempertemukan penduduk jazirah ini, baik yang menetap maupun yang nomaden, baik yang Qahthaniyah maupun yang ‘Adnaniyah, adalah bahasa Arab. Bahasa Arab berkembang dalam berbagai dialek karena dipengaruhi wilayahnya.

Perbedaan dialek biasanya dalam hal ejaan (panjang-pendeknya). Kesatuan bahasa yang menjadi keistimewaan Jazirah Arab merupakan salah satu sebab mudahnya tugas dakwah Islam. Penggunaan Bahasa Arab menjadi sebab cepatnya penyebaran Islam di sana.

Semoga bermanfaat.


Sumber : Pendidikan Agama Islam, Karya : Muhammad Luthfi Ubaidillah dan Fathur Rozak

Al-Quran Mengajarkan Trinitas Melalui Bacaan Basmalah?

Trinitas

Seorang ulama dalam agama Kristen berinisial AS pernah mengatakan, “Al-Quran Mengajarkan Trinitas Lewat Bacaan Basmalah”

Jawaban kami :

Seperti yang kita ketahui, bahwasannya arti dari bacaan bismillahirrahmanirrahim adalah “Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”. Ulama Kristen itu menjelaskan ayat itu dan mengatakan, “Ayat itu secara tidak langsung mengatakan, Dengan nama Allah (Bapa), Yang Maha Pemurah (Yesus) dan Maha Penyayang (Roh Kudus). Dan itu diulang 113 kali di Al-Quran. Ini membuktikan bahwasannya Al-Quran mengandung ajaran Trinitas.”

Pertama-tama yang ingin saya jelaskan adalah tidak ada seorang Arab Kristen pun yang mengatakan bahwa bacaan basmalah itu mengandung makna Trinitas sebagaimana yang beliau sampaikan. Makna dari bacaan basmalah adalah sifat dan nama lain dari Allah Ta’ala itu sendiri, jadi kalau kita uraikan lagi arti dari bismillahirrahmanirrahim adalah Dengan nama Allah, yaitu Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Karena dari literatur (susunan) bacaan Arabnya pun memiliki makna sebagai penjelasan sifat dan nama lain Allah. Dan di dalam Al-Quran dijelaskan bahwasannya Allah memiliki 99 nama Asmaul Husna dan Maha Pemurah dan Maha Penyayang termasuk di dalamnya. Jadi yang ingin kami jelaskan di sini adalah bahwa Al-Quran mengajarkan tentang ketauhidan, ke-esaan Allah secara murni, tidak ada Tuhan selain Dia, dan tidak ada tiga dalam satu ataupun satu dari yang tiga sebagaimana ajaran Trinitas yang menuhankan (Allah, Yesus dan Roh Kudus)

Allah Ta’ala berfirman :

Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al-Baqarah : 163)

Bahkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala menentang ajaran Trinitas tersebut.

Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara. (Q.S. An-Nisaa’ : 171)

Mari kita renungi ucapan Syeikh Ibnu Taimiyyah berikut ini

"Karenanya sekelompok kaum intelektual berkata : Umumnya aqidah-aqidah masyarakat bisa tergambarkan maksudnya kecuali aqidahnya kaum Nashoro. Hal ini disebabkan karena orang-orang yang membuat aqidah ini tidak paham apa yang mereka katakan, akan tetapi mereka berbicara tentang aqidah mereka di atas kebodohan. Mereka telah mengumpulkan dua hal yang kontradiksi dalam pernyataan aqidah mereka. Karenanya sebagian orang berkata : Jika ada 10 orang Nahsoro berkumpul (untuk menggambarkan hakekat aqidah mereka-pen) maka akan muncul 11 pendapat. Ada juga yang berkata : Kalau engkau bertanya kepada sebagian keluarga Nashoro, kau tanyakan kepada istri dan anaknya tentang hakekat tauhid mereka maka sang suami memiliki pendapat, sang istri punya pendapat lain, dan sang anak juga memiliki pendapat yang lain" (Al-Jawaab As-Shahih 2/155)

Jadi, pernyataan bahwasannya bacaan basmalah mengandung ajaran Trinitas adalah TIDAK BENAR sebagaimana yang telah kami jelaskan di atas.


Semoga bermanfaat.

Kenapa Allah Menciptakan Langit dan Bumi Dalam 6 Masa?


Ada yang bertanya kenapa Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Perkasa menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, apakah itu bukti bahwa Allah tidak Maha Kuasa? Kenapa Allah tidak menciptakan langit dan bumi dalam waktu sebentar saja?

Jawaban kami :

Memang, Allah Subhanahu Wa Ta’ala menciptakan langit dan bumi dalam enam masa sebagaimana firman-Nya di banyak tempat di Al-Quran.

Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. Tidak ada bagi kamu selain dari padaNya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan? (Q.S. As-Sajdah : 4)

Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian itulah Allah, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran? (Q.S. Yunus : 3)

Lalu kenapa Allah menciptakannya dalam enam masa? Apakah itu Allah tidak Maha Kuasa?

Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah Dzat Yang Maha Kuasa, Dia bisa menciptakan dan berkehendak terhadap sesuatu hanya dengan mengatakan “kun” yang berarti “Jadilah”

Dia-lah yang menghidupkan dan mematikan, maka apabila Dia menetapkan sesuatu urusan, Dia hanya bekata kepadanya: "Jadilah", maka jadilah ia. (Q.S. Al-Mu’min : 68)

Lalu kenapa Allah Yang Maha Kuasa menciptakan langit dan bumi dalam enam masa? Karena Allah Ta’ala itu ingin menunjukkan kepada kita bahwa segala sesuatu pekerjaan itu memerlukan proses, tidak asal jadi, meskipun Allah mampu melakukannya. Dia ingin menunjukkan kepada kita bahwasannya tanpa proses tidak akan ada keadilan. Seperti proses penciptaan manusia di Al-Quran, bukankah Allah itu Maha Kuasa? Tetapi kenapa Allah melakukannya dengan beberapa tahapan? Itulah alasannya

Melalui proses itulah Dia ingin kita berusaha dan terus berfikir dengan logika kita, kalau kita berdiam diri maka tidak akan ada hasil, Dia meminta kita terus berusaha untuk mencapai hasil yang kita inginkan.

Jadi, Allah menciptakan langit dan bumi dalam 6 masa karena Allah ingin menunjukkan kepada kita bahwasannya segala sesuatu itu butuh proses, bukan karena Allah tidak Maha Kuasa.


Semoga bermanfaat.

Islam Menyembah Lebih Dari Satu Tuhan?

Agama Islam

Di antara orang kafir pernah menyatakan, “Al-Quran berkali-kali menyebut Tuhan dengan sebutan ‘Kami’ yang berarti jamak, sehingga dengan tidak lain Al-Quran menyuruh ataupun mengajarkan menyembah lebih dari satu tuhan.”

Jawaban kami :

Untuk jawaban itu sebenarnya sudah kami jelaskan di website ini, lebih jelasnya silahkan buka link di bawah ini

Di sini kami hanya akan menjelaskannya secara singkat bahwasannya bahasa negara-negara timur (seperti Arab, Ibrani, Urdu) mengandung 2 kalimat majemuk, yaitu kata majemuk untuk bilangan dan kata majemuk untuk penghormatan. Nah, pernyataan ‘Kami” untuk Tuhan di Al-Quran adalah kata majemuk untuk penghormatan, dan kalau tidak percaya bisa ditanyakan dengan orang-orang Arab Kristen dan ahli bahasa. Contohnya bisa kita ambil dari ayat Al-Quran.

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (Q.S. Al-Hijr : 9)

Jadi, kata “Kami” itu bermakna Allah itu sendiri, bukan Allah, Anak dan Roh Kudus sebagaimana akidah Trinitas. Karena Allah itu tunggal, Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya.

Di sini kami ingin memberi tahu kepada segenap manusia di dunia ini bahwasannya tidak ada pernyataan dari Al-Quran yang mengajarkan untuk menyembah lebih dari satu tuhan. Karena apa? Karena ajaran dari agama Islam dan Al-Quran adalah tentang KEESAAN ALLAH yang murni, bukan seperti ajaran Trinitas yang menyembah 3 tuhan meskipun mereka tetap meyakini itu adalah esa.

Sebagai penutup mari kita renungkan ayat berikut.

Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu." Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. (Q.S. Al-Maa’idah : 72)


Semoga bermanfaat.

Penjelasan Singkat dan Lengkap Seputar Kitab Injil

Injil

Injil adalah kitab yang diturunkan kepada Nabi ‘Isa ‘alaihissalam bin Maryam. Kitab ini pada intinya berisi ajakan kepada Umat Nabi ‘Isa ‘alaihissalam untuk hidup dengan zuhud, yaitu menjauhi kerakusan dan ketamakan duniawi. Hal itu dimaksudkan untuk meluruskan pandangan orang-orang Yahudi yang bersifat materialistis.

Kitab Injil yang ada sekarang berbeda dengan Injil asli yang diturunkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepada Nabi ‘Isa ‘alaihissalam. Dalam bentuknya sekarang ada sejumlah pengikut Nabi ‘Isa ‘alaihissalam yang memasukkan karangannya ke dalam Kitab Injil. Mereka adalah Matius, Markus, Lukas, dan Yohannes (Yahya). Oleh karena itu, Injil tersebut dinamakan menurut pengarangnya, yaitu Injil Matius, Injil Markus, Injil Luas, dan Injil Yohannes (Yahya).

Pada mulanya terdapat kurang lebih 70 buah kitab Injil. Injil sebanyak itu pada umumnya membawakan isi yang simpang siur satu sama lain. Ketika diadakan sinode (muktamar gereja-gereja) di Nicaea pada tahun 325 Masehi, umat Nasrani memutuskan bahwa hanya empat Injil di atas yang diakui gereja. Injil yang tidak diakui gereja disebut Apochrypha atau Injil-Injil yang tertolak.

Adapun Injil-Injil yang dinyatakan tertolak adalah :
1. Injil Petrus
2. Injil Orang-Orang Mesir
3. Injil Ibrani
4. Injil Barnabas
5. Injil Thomas
6. Injil Dua Belas
7. Injil Yakobus
8. Injil Yudas Iskoriot
9. Injil Andreas
10. Injil Bartholomeus
11. Injil Maria
12. Injil Philip
13. Injil Mathias
14. Injil Nikodemus
15. Injil Apeles
16. Injil Ebionea
17. Injil Marcion
18. Injil Yakobus Kecil.

Di antara kitab Injil yang disebutkan di atas, yang isinya mirip dengan kitab suci Al-Quran adalah Injil Barnabas. Adapun ajaran Injil Barnabas adalah sebagai berikut.

a. Yesus tidak disalib. Yang disalib sebenarnya adalah Yudas Iskoriot yang telah diserupakan oleh Tuhan (rupa dan suaranya). Yesus sendiri naik ke langit bersama malaikat.
b. Yesus bukan anak Allah, bukan pula Tuhan, tetapi sebagai rasul Allah.
c. Messias (ratu adil atau juru selamat) atau al-Masih yang dinanti-nantikan, bukanlah Yesus, tetapi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, nabi dan rasul Allah yang terakhir.
d. Putra Ibrahim yang akan disembelih karena perintah Allah adalah Ismail, bukan Ishaq, seperti yang tersebut dalam perjanjian lama yang ada sekarang.

Semoga bermanfaat.

Sumber  : Integrasi Budi Pekerti Dalam Pendidikan Agama Islam, Karya H. Khuslam Haludhi dan Abdurrohim Sa’id.


Isi-Isi Kandungan dan Penjelasan Lengkap Kitab Taurat Nabi Musa AS


Taurat, yang dalam bahasa Ibrani disebut Thora, adalah kitab suci yang diturunkan Allah Ta’ala kepada Nabi Musa ‘alahissalam untuk membimbing kaumnya yaitu Bani Israil. Hal itu disebutkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala pada ayat berikut.

Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan kitab Taurat itu petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman): "Janganlah kamu mengambil penolong selain Aku, (Q.S. Al-Israa’ : 2)

Taurat merupakan salah satu dari tiga komponen, yaitu thora, nabiin, dan khetubiin. Tiga komponen itu terdapat dalam kitab suci agama Yahudi yang disebut Biblia (Al-Kitab). Orang-orang Kristen menyebutnya Old Testament (Perjanjian Lama). Taurat yang terdapat dalam Perjanjian Lama ini terdiri dari lima kitab yang berasal dari Nabi Musa ‘alaihissalam.

Kitab-kitab itu adalah Kitab Kejadian, Kitab Keluaran, Kitab Imamat, Kitab Bilangan, dan Kitab Ulangan.

a. Kitab Kejadian (Genesis)
Kitab ini berisi kisah kejadian alam semesta, penciptaan Nabi Adam ‘alaihissalam dan Hawa, turunnya Nabi Adam ‘alaihissalam dan Hawa ke bumi, serta kisah Nabi Yusuf ‘alaihissalam.

b. Kitab Keluaran (Exodus)
Kitab ini berisi kisah keluarnya Bani Israil dari penindasan Fir’aun di Mesir di bawah pimpinan Nabi Musa ‘alaihissalam. Kitab ini juga menceritakan keberadaan Nabi Musa ‘alaihissalam di Padang Tiah (Semenanjung Sinai) selama 40 tahun untuk berdoa kepada Yahwe (Allah Yang Maha Esa). Dalam doa Nabi Musa ‘alaihissalam, Allah Ta’ala menurunkan Sepuluh Perintah (Ten Commandments).

Adapun isi Sepuluh Perintah (Ten Commandments) tersebut adalah :
1) Hormati dan cintai satu Allah;
2) Sebutlah nama Allah dengan hormat;
3) Kuduskanlah hari Tuhan (Hari Sabat, yaitu hari ke-7 setelah bekerja selama enam hari dalam seminggu);
4) Hormatilah ibu dan bapakmu;
5) Jangan membunuh;
6) Jangan bercabul;
7) Jangan mencuri;
8) Jangan berdusta;
9) Jangan ingin berbuat cabul;
10) Jangan ingin memiliki barang orang lain dengan cara yang tidak halal.

c. Kitab Imamat (Leviticus)
Kitab ini berisi himpunan syariat dalam agama Yahudi.

d. Kitab Bilangan (Numbers)
Kitab ini berisi cacah jiwa turunan dua belas suku bangsa Israil pada masa Nabi Musa ‘alaihissalam.

e. Kitab Ulangan (Deuteronomy)
Kitab ini berisi ulangan kisah dikeluarkannya Bani Israil dari tanah Mesir dan himpunan syariat.

Berikut ini beberapa contoh ajaran dan isi Taurat.

Hai anak Adam! Janganlah engkau takut kepada Sultan atau (penguasa) selama kekuasaan-Ku tetap ada dan memang kekuasaan-Ku itu kekal dan tidak akan ada habisnya.

Hai anak Adam! Aku menciptakan engkau, supaya engkau beribadah kepada-Ku, maka janganlah engkau main-main.

Hai anak Adam! Janganlah engkau takut tidak mendapat rezeki, selama simpanan-Ku masih penuh, dan memang simpanan-Ku itu tidak akan ada habisnya selama-lamanya.

Hai anak Adam! Kau harus melaksanakan kewajiban dan engkau Aku jamin rezekimu, maka jika engkau menyalahi kewajibanmu kepada-Ku, Aku tetap tidak akan menyalahimu dalam hal rezeki yang layak.

Hai anak Adam! Jika engkau rela dengan rezeki yang Aku berikan kepadamu, berarti engkau telah memberi ketenteraman kepada badan dan hatimu. Dan jika engkau tidak rela dengan pemberian reeki dari-Ku, maka dunia akan menguasai dan menunggangimu, seperti binatang buas di padang pasir. Demi kemuliaan dan keagungan-Ku! Engkau tidak akan mendapat selain apa yang Aku berikan kepadamu, dan engkau sendiri tercela dalam pandangan-Ku.

Semoga bermanfaat.


Sumber  : Integrasi Budi Pekerti Dalam Pendidikan Agama Islam, Karya H. Khuslam Haludhi dan Abdurrohim Sa’id.

Dalil Al-Quran Tentang Keberadaan Malaikat


Kewajiban seorang muslim untuk beriman kepada malaikat didasari dari informasi yang terdapat di dalam Al-Quran dan Al-Hadits. Dengan demikian, orang yang patuh dan tunduk pada apa yang terdapat dalam Al-Quran adalah tanda-tanda seorang beriman kepada malaikat.

Adapun informasi tentang malaikat adalah sebagai berikut.

1. Makhluk yang selalu mensucikan nama Allah Subhanahu Wa Ta’ala

Tiada seorangpun di antara kami (malaikat) melainkan mempunyai kedudukan yang tertentu, dan sesungguhnya kami benar-benar bershaf-shaf (dalam menunaikan perintah Allah). Dan sesungguhnya kami benar-benar bertasbih (kepada Allah). (Q.S. Ash-Shaaffaat : 163-166)

2. Makhluk yang patuh
Malaikat tidak pernah menentang apa yang diperintahkan oleh Allah. Mereka selalu taat dan tunduk.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka). (Q.S. An-Nahl : 50)

3. Meneguhkan hati orang-orang yang beriman

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
Jika kamu (orang-orang musyrikin) mencari keputusan, maka telah datang keputusan kepadamu; dan jika kamu berhenti; maka itulah yang lehih baik bagimu; dan jika kamu kembali, niscaya Kami kembali (pula); dan angkatan perangmu sekali-kali tidak akan dapat menolak dari kamu sesuatu bahayapun, biarpun dia banyak dan sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang beriman. (Q.S. Al-Anfaal : 19)

4. Memohon ampun bagi manusia

Allah Ta’ala berfirman :
Hampir saja langit itu pecah dari sebelah atas (karena kebesaran Tuhan) dan malaikat-malaikat bertasbih serta memuji Tuhan-nya dan memohonkan ampun bagi orang-orang yang ada di bumi. Ingatlah, bahwa sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Penyayang. (Q.S. Asy-Syuura : 5)

5. Menyampaikan wahyu kepada para nabi

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma'il, Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud. (Q.S. An-Nisaa’ : 163)

6. Membaca sholawat bagi Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam

Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (Q.S. Al-Ahzaab : 56)

7. Memberi salam kepada penghuni surga

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
(yaitu) syurga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan): "Salamun 'alaikum bima shabartum". Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu. (Q.S. Ar-Ra’d : 23-24)

8. Mencatat amal manusia

Allah Ta’ala berfirman :
Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al-Infithaar : 10-12)

9. Menjaga dan membantu orang-orang yang beriman

Allah Ta’ala berfirman :
(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: "Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut." (Q.S. Al-Anfaal : 9)

10. Mencabut nyawa
Salah satu tugas sebagian para malaikat adalah mencabut nyawa setiap makhluk Allah. Adapun malaikat yang bertugas untuk mencabut nyawa setiap makhluk Allah adalah Malaikat Maut dan kawan-kawannya.

Allah Tabaraka Wa Ta’ala berfirman :
Katakanlah: "Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikanmu, kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan." (Q.S. As-Sajdah : 11)

11. Memikul ‘Arsy

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
Dan kamu (Muhammad) akan melihat malaikat-mmlaikat berlingkar di sekeliling 'Arsy bertasbih sambil memuji Tuhannya; dan diberi putusan di antara hamba-hamba Allah dengan adil dan diucapkan: "Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam." (Q.S. Az-Zumar : 75)

12. Melaksanakan hukuman Allah Ta’ala

Allah Ta’ala berfirman :
Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata): "Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar", (tentulah kamu akan merasa ngeri). (Q.S. Al-Anfaal : 50)

Semoga bermanfaat.

Sumber : Pendidikan Agama Islam, Karya : Muhammad Luthfi Ubaidillah dan Fathur Rozak


Golongan-Golongan Bangsa Arab


Para ahli sejarah dan ahli akhbar (berita) nyaris sepakat dalam melakukan pengelompokan bangsa Arab dari segi usia menjadi beberapa golongan sebagai berikut:
1. Arab Baidah
2. Arab ‘Aribah
3. Arab Musta’ribah

Mereka juga bersepakat, atau nyaris sepakat atas pembagian bangsa Arab dari segi nasab (keturunan), menjadi dua golongan, yaitu:
1. Qahtaniyyah; tempat-tempat mereka yang utama adalah di Yaman.
1. ‘Adnaniyah; tempat-tempat mereka yang utama adalah  di Hijaz.

Antara Arab Qahtaniyyahdan ‘Adnaniyah terjadi perseteruan sejak lama, sebagaimana pertentangan keras yang terjadi antara Rabi’ah dan Mudhar selama beberapa abad. Mereka juga sepakat bahwa Qahtaniyyah adalah Arab asli, sedangkan ‘Adnaniyah adalah Arab cabang. Dari merekalah ‘Adnaniyah mengambil identitas kearaban. Dengan bahasa mereka pula anak keturunan Nabi Ismail ‘alaihissalam berbicara, sesudah kepindahan mereka ke Hijaz. Nabi Ismail ‘alaihissalam adalah kakek terbesar bagi Arab Musta’ribah, yakni Arab ‘Adnaniyah.



Pada bangsa Arab, nasab keturunan memiliki kehormatan yang besar. Hal ini telah diakui oleh ahli ilmu pengetahuan dari kalangan non Arab. Rustum, panglima perang Persia pernah mengatakan kepada orang-orang yang hadir di majelisnya, ketika mereka memandang rendah terhadap al-Mughirah bin Syu’bah, utusan umat Islam, serta menghinanya karena pakaiannya yang using dank arena ketidaksopanannya. Rustum mengatakan: “Celakalah kalian kalian! Sesungguhnya bangsa Arab memang memandang rendah terhadap pakaian dan makanan, tetapi mereka kehormatan nasab keturunan.”

Semoga bermanfaat.


Sumber : Pendidikan Agama Islam, Karya : Muhammad Luthfi Ubaidillah dan Fathur Rozak

Pusat-Pusat Kemakmuran dan Peradaban Jazirah Arab


Di tempat-tempat yang airnya melimpah; seperti air hujan, mata air, dan sumur-sumur, lahirlah kehidupan menetap (peradaban) dalam bentuk kampong-kampung, tempat-tempat tinggal, pasar-pasar musiman, yang memiliki pengaruh besar dalam kehidupan bangsa Arab secara umum. Adanya kehidupan yang menetap menumbuhkan masyarakat-masyarakat dengan watak tertentu, serta pribadi-pribadi yang mandiri, terpengaruh dengan lingkungan tanah, lingkungan udara, lingkungan yang giat bekerja, dan jalan-jalan kehidupan yang dilalui masyarakat. Jadi, di Mekkah ada masyarakat tertentu yang memiliki watak tertentuk, begitu pula dengan penduduk Hirah dan penduduk Nejed.

Kota Yaman
Masyarakat Yaman adalah masyarakat yang paling kaya dan paling maju di kalangan masyarakat-masyarakat Arab, sebab tempat-tempatnya yang khas, sejarah peradabannya yang lebih tua, dan politiknya yang modern. Hal-hal tersebut telah menjadikan Yaman lebih maju dalam produksi hasil bumi, peternakan hewan dan pertambangan. Yaman telah membangun istana-istana dan benteng-benteng, mengimpor alat-alat yang dapat membantu proses produksi dan mempermudah kehidupan, baik dari Irak, negeri-negeri Syam, maupun dari Afrika.

Semoga bermanfaat.


Sumber : Pendidikan Agama Islam, Karya : Muhammad Luthfi Ubaidillah dan Fathur Rozak


Ciri-Ciri Jazirah Arab dan Penduduknya


Alam dan gurun mendominasi Jazirah Arab. Munculnya kekeringan lantaran faktor-faktor alam dan peristiwa-peristiwa geologi serta karena letak geografisnya. Hal ini menjadi sebab kekerdilan jiwa di Jazirah Arab, baik pada zaman dahulu maupun sekarang. Hal itu juga menjadi sebab tidak adanya pertumbuhan masyarakat menetap, pemerintahan-pemerintahan yang terpusat dan besar.

Keadaan tersebut juga menjadi sebab meratanya kehidupan nomaden dan mendominasi watak penduduknya, serta menjadi sebab menonjolnya semangat individu pada warga dan terjadinya peperangan antar suku.

Oleh karena itulah kehidupan menetap terbatas pada tempat-tempat yang mempunyai curah hujan, tempat-tempat yang mengeluarkan air dari mata air atau dari sumber air, serta tempat-tempat yang memungkinkan tanahnya dekat dengan kandungan air sehingga memungkinkan untuk menggali sumur-sumur di sana. Kehidupan di Jazirah Arab ditandai dengan anugerah air. Kafilah-kafilah dagang selalu menuju tempat-tempat yang ada airnya. Ke tempat-tempat itu pula orang-orang Arab biasanya berdatangan dari segala penjuru. Mereka tidak terikat dengan tanah sebagaimana hubungan antara tanaman dengan tanahnya. Jadi, mereka tidak menetap di suatu tempat kecuali jika mereka mendapatkan air dan rumput di sana. Jika airnya telah kering, dan rumputnya sedikit, maka mereka pun pergi meninggalkannya menuju tempat-tempat yang baru.



Oleh karena itu, maka kehidupan mereka bersifat keras, yang ditampilkan melalui masyarakat mereka dalam sebuah suku. Kabilah adalah pemerintahan dan negara dalam pandangan kaum nomaden. Kehidupan seperti itu tidak mengenal istirahat dan menetap. Hanya mengakui logika (bahasa) kekuatan. Sebuah kehidupan yang menciptakan kesulitan bagi para pelakunya. Juga, menimbulkan kesulitan bagi mereka yang tinggal berdekatan dengan mereka saat menetap. Mereka berada dalam persengketaan yang terus menerus di antara mereka. Kemudian mereka juga berada dalam sengketa dengan penduduk yang menetap.

Akan tetapi di sisi yang lain, orang Arab adalah orang yang tulus dan patuh pada tradisi-tradisi sukunya. Mereka adalah orang yang mulia; melaksanakan kewajiban jamuan (terhadap tamu dan sebagainya), persekutuan dalam peperangan, sebagaimana mereka juga menunaikan kewajiban persahabatan, tulus melakukannya, sesuai dengan yang digariskan oleh konvensi (adat kebiasaan). Hal ini telah diceritakan oleh syair-syair mereka, telah dijadikan sebagai hiasan yang indah dalam sastra mereka, dalam bentuk untaian hikmah dan perumpamaan, ungkapan keutamaan dan nilai-nilai luhur.

Orang-orang Arab mencintai persamaan, merindukan kebebasan. Laki-laki Arab adalah seorang yang sabar dan pemberani, jarang bersedih di masyarakatnya, melindungi, teguh pendirian dalam hidupnya, penuh percaya diri dengan apa yang telah ditentukan untuknya, sekalipun itu adalah sebuah kehidupan yang kasar dan sulit. Hal yang menonjol dalam kehidupan nomaden adalah lemahnya keimanan terhadap agama.

Orang juga Arab jarang mempercayai apapun selain tradisi-tradisi sukunya, dan apa yang diwarisinya dari nenek moyangnya. Simbol tertinggi dalam moral terpusat pada apa yang disebut sebagai muru’ah (harga diri), yang dinyanyikan dalam syair dan sastra mereka.

Semoga bermanfaat.


Sumber : Pendidikan Agama Islam, Karya : Muhammad Luthfi Ubaidillah dan Fathur Rozak

Pembahasan Lengkap Tentang "Al-Quran Untuk Dunia Modern"


Di zaman modern kita telah menjadi terbiasa hidup kita sendiri seolah-olah Allah tidak ada. Banyak orang merasa bahwa agama tidak lagi relevan, dan buku-buku kuno dari ajaran agama telah digantikan oleh buku modern ilmu pengetahuan dan pemikiran progresif. Bagaimana dengan Al-Quran?

Banyak daerah penyelidikan mengarah pada kesimpulan bahwa Al-Quran tetap relevan dengan manusia modern. Menggunakan alat pemikiran progresif kita dapat melihat bahwa Quran bukanlah produk dari manusia tetapi wahyu ilahi.

Keajaiban Ilmiah

Pertimbangkan misalnya fakta bahwa ilmu pengetahuan modern telah menyebabkan outdating beberapa kitab suci kuno. Mengapa ini tidak terjadi dalam kasus Quran? Jawabannya adalah bahwa Quran mengungkapkan ide-idenya dengan cara yang akan dipahami penonton pertama, tetapi juga masuk akal dalam usia ilmiah. Misalnya, Al-Qur'an di 51:47 mengatakan bahwa Allah menciptakan alam semesta dengan kekuatan dan bahwa ia mengembangkannya. Ide perluasan alam semesta tidak cukup dipahami pada saat ini diturunkan, dan orang-orang cenderung berpikir bahwa Allah adalah memperluas ketentuan di alam semesta. Selama abad terakhir, bagaimanapun, perluasan alam semesta telah terbukti. Edwin Hubble pertama kali melihat ini karena ia mengintip ke dalam teleskop besar di tahun 1929. Penzias dan Wilson memenangkan Hadiah Nobel pada tahun 1964 untuk penemuan mereka Cosmic Background Microwave Radiasi yang dipancarkan pada saat Big Bang ledakan ruang dan waktu dalam empat dimensi.

Demikian pula, Quran di 41:11 berbicara tentang waktu ketika alam semesta dukhan. Para pendengar pertama dari Quran akan mengerti kata ini dukhan berarti asap. Tapi pembaca saat ini dapat dengan mudah memahami kata untuk merujuk pada massa gas dari mana alam semesta muncul sebagai dijelaskan oleh Dr. Maurice Bucaille dalam bukunya The Bible, The Qur'an dan Sains. Selain itu, Al-Quran di 21:30 berbicara tentang langit dan bumi yang bergabung bersama-sama di hadapan Allah memisahkan mereka terbelah. Hari ini kita akan memahami ini sebagai referensi untuk akrab asal terpadu dan pemisahan akhirnya galaksi, dan, dalam galaksi kita, tata surya dengan planet-planet yang termasuk bumi.

Sama Ayat 21:30 mengatakan bahwa Tuhan menciptakan setiap makhluk hidup dari air. Di masa lalu orang tidak akan mampu sepenuhnya menghargai betapa benar pernyataan ini benar-benar. Tapi hari ini kita cukup menyadari asal-usul berair hidup. Oleh karena itu ayat Alquran tunggal berisi lebih dari satu pernyataan singkat tentang fenomena diamati dan pengetahuan yang paling canggih dari fenomena ini telah membantu kita untuk memahami dan percaya pada pernyataan Quran lebih dari sebelumnya.

Salah satu daerah yang paling menarik dari penemuan dalam hal ini berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan embrio manusia. Sebelum penemuan orang mikroskop hanya bisa berteori tentang tahap-tahap awal pertumbuhan, dan banyak dari teori mereka akan menggelikan jika disarankan hari ini. Mikroskop diciptakan milenium setelah Quran sudah membuat pernyataan yang akurat tentang tahap awal pertumbuhan. Kita harus, karena itu, bertanya bagaimana pengetahuan ini bisa telah tersedia pada saat komposisi Quran di 7 Century Saudi kecuali itu diberikan melalui wahyu ilahi. Beberapa ilmuwan di lapangan telah bersaksi untuk akurasi laporan Quran yang mereka temukan untuk menjadi jauh maju untuk saat mereka dibuat. Dr Keith Moore adalah penulis The Developing Human, sebuah buku yang diakui dalam bidang Embriologi. Dalam edisi ketiga, pada hal. 8, ia menyajikan laporan dari Al-Qur'an sebagai kemajuan ditandai atas pengetahuan ilmiah dari lapangan yang tersedia pada saat itu. Dalam sebuah makalah yang terpisah ia telah menjelaskan panjang lebar korelasi yang luar biasa ia menemukan antara pernyataan Quran dan data embriologi modern. Misalnya, Al-Quran menyebutkan dalam 23:14 bahwa Allah membuat kita seperti lintah pada satu tahap. Dr Moore menunjukkan bahwa penjelasan ini adalah akurat karena pada 24 hari embrio tidak menyerupai lintah. Selain itu, ia bertindak seperti lintah dalam bahwa ekstrak nutrisi dari darah ibu. Ayat yang sama terus mengatakan bahwa setelah bahwa Allah membuat kita menjadi benjolan dikunyah dalam tahap berikutnya. Dr Moore menunjukkan bahwa embrio pada 28 hari tua terlihat seperti benjolan dikunyah, sebagai somit baru berkembang muncul mirip dengan tanda gigi kita biasanya meninggalkan pada permen karet dikunyah. Pada usia 28 hari embrio tidak lebih besar dari sebutir beras. Ini tidak bisa dipelajari tanpa menggunakan mikroskop. Lalu bagaimana pengetahuan ini menjadi tersedia untuk menemukan jalan ke Quran jika tidak melalui wahyu ilahi?

Keajaiban numerik

Daerah lain yang menarik dari studi modern dari Quran adalah susunan kata-katanya, ayat, dan bab. Tentu, unsur-unsur seperti diatur sehingga untuk menyampaikan makna. Tapi satu tidak akan berharap bahwa pengaturan itu sendiri akan berarti. Misalnya, buku apapun dapat mengatakan bahwa ada 12 bulan atau 365 hari dalam setahun. Tapi misalkan kita mengambil sebuah buku, buku apa pun, dan demi rasa ingin tahu kita menghitung berapa kali menyebutkan kata-kata 'bulan' dan 'hari'. Bagaimana kemungkinan bahwa itu akan menyebutkan kata 'bulan' tepatnya 12 kali dan kata 'hari' tepatnya 365 kali? Untuk itu terjadi secara kebetulan begitu jauh bahwa kita dapat menduga bahwa penulis sengaja direncanakan untuk menggunakan kata itu berkali-kali. Hal ini terjadi bahwa kata 'bulan' (syahr dalam bahasa Arab) terjadi dalam Quran persis 12 kali dan kata 'hari' (yawm dalam bahasa Arab) terjadi dalam Quran persis 365 kali. Sejarah bagaimana Quran datang akan tersedia di dunia adalah cukup jelas bagi kita untuk menegaskan dengan keyakinan bahwa tidak ada penulis manusia direncanakan hasil ini. Alternatif kesimpulan adalah bahwa ini adalah pekerjaan Allah.

Satu mungkin bertanya apakah ini bukan secara kebetulan, meskipun salah satu yang sangat terpencil. Namun, ada begitu banyak contoh jumlah mengejutkan dari huruf, kata, ayat, dan bab dalam Quran bahwa akan cukup masuk akal untuk kredit semua ini untuk kesempatan. Misalnya, Al-Qur'an mengatakan dalam 3:59 bahwa Yesus adalah seperti Adam di hadapan Allah. Ini berarti bahwa sejauh Tuhan yang bersangkutan Yesus dan Adam keduanya ciptaan-Nya. Tapi ada cara lain di mana Yesus adalah seperti Adam. Nama Yesus terjadi dalam Quran 25 kali; nama Adam juga terjadi 25 kali. Dua nama yang tersebar di seluruh Quran. Jarang mereka terjadi dalam bab yang sama.

Untuk seorang penulis telah terus melacak berapa kali kata-kata ini disebutkan dalam buku tidak akan mudah. Quran tidak, seperti buku-buku lain, disusun oleh seseorang secara pribadi dan kemudian membuat publik hanya ketika akhir selesai dan copy direvisi siap untuk sirkulasi atau publikasi. Catatan paling awal dan hanya sekitar ketersediaan pertama Quran kepada dunia menunjukkan bahwa buku itu dibacakan oleh nabi Muhammad, pada siapa akan perdamaian, di segmen singkat selama 23 tahun. The resital pendek sering dalam menanggapi pertanyaan yang diajukan kepadanya, kadang-kadang oleh para kritikus. Atau, potongan pendek mungkin telah menawarkan bimbingan pada yang baru terjadi peristiwa. Atau mereka mungkin bahkan diprediksi perkembangan masa depan. Oleh karena itu Nabi Muhammad hampir tidak bisa diharapkan sebagai manusia untuk mengingat berapa kali ia mengucapkan semua kata-kata ini. Juga tidak akan punya alasan untuk melakukan hal ini. Jika ia ingin meyakinkan semua orang bahwa itu adalah sebuah buku besar maka ia mungkin telah mengatakan kepada seseorang tentang cara yang luar biasa ini di mana buku ini dirancang. Tapi jumlah kata ini tidak diketahui siapa pun selama berabad-abad setelah kematian nabi. Pada tahun 1938, bagaimanapun, seorang sarjana Mesir Fuad Abdul Baqi disiapkan konkordansi daftar semua kata-kata dari Quran dan lokasi mereka. Sekarang kita bisa melihat sekilas bahwa nama Adam dan Yesus jarang terjadi di dekat satu sama lain; namun mereka terjadi 25 kali setiap.

Demikian pula kita dapat melihat bahwa kata-kata untuk pria dan wanita dalam bentuk tunggal terjadi 24 kali setiap. Demikian kata-kata untuk Setan dan Angel terjadi 68 kali setiap. Kata untuk kehidupan ini (dunya) dan kehidupan akhirat (akhirat) terjadi 115 kali setiap. Sulit untuk menghindari kesimpulan bahwa hasil ini direncanakan. Namun ini tidak pernah rencana setiap manusia. Oleh karena itu kami mencari di sini di rencana Allah. Untuk contoh terakhir, mempertimbangkan fakta bahwa kata-kata untuk lahan kering (barr, yabis) terjadi total 13 kali dalam Quran dan kata untuk laut (bahr) terjadi 32 kali. Ternyata 13:32 adalah rasio perkiraan tanah air di permukaan dunia kita karena ada sekitar 28% tanah dan 72% air.

Berdasarkan bukti yang disajikan di sini, kita dapat menyimpulkan bahwa Quran adalah keajaiban abadi. Ini bukan peninggalan dari masa lalu, tetapi panduan untuk masa depan. Sedangkan penemuan modern yang meragukan banyak kitab suci kuno lainnya, penemuan serupa menunjukkan bahwa beberapa pernyataan Quran mengandung pengetahuan yang harus datang dari Allah. Susunan numerik elemen Quran adalah unik untuk Quran. Banyak upaya telah dilakukan untuk membuktikan fenomena matematika yang sama dalam buku-buku lainnya. Tapi hanya dalam kasus Quran ini berhasil membuktikan.


Tapi Quran bukan tentang ilmu pengetahuan atau matematika. Pesannya adalah tentang Anda dan saya; tentang di mana kita datang dan ke mana kita menuju. Quran memberitahu kita di mana kita berasal, di mana kita menuju, dan bagaimana untuk sampai ke tempat yang tepat dengan melayani Tuhan dan ciptaan Tuhan.