KITAB MENJELASKAN HUKUM-HUKUM BINATANG BURUAN, KURBAN DAN BINATANG YANG HALAL DIMAKAN

Lafadz “ash shaid” adalah kaliamt masdar yang mana disini diungkapkan untuk makna isim maf’ul yaitu lafadz “al mashid” -bermakna binatang yang diburu-.

وَالصَّيْدُ مَصْدَرٌ أُطْلِقَ هُنَّا عَلَى اسْمِ الْمَفْعُوْلِ وَهُوَ الْمَصِيْدُ
Binatang, maksudnya binatang darat yang halal dimakan ketika mudah untuk disembelih, maka penyembelihannya dilakukan pada halq, yaitu leher bagian atas, dan pada labbah. Labbah dengan menggunakan huruf lam yang dibaca fathah dan huruf ba’ yang diberi titik satu serta dibaca tasydid adalah leher bagian bawah.

(وَمَا) أَيِ الْحَيَوَانُ الْبَرِيُّ الْمَأْكُوْلُ الَّذِيْ (قُدِرَ) بِضَمِّ أَوَّلِهِ (عَلَى ذَكَاتِهِ) أَيْ ذَبْحِهِ (فَذَكَّاتُهُ) تَكُوْنُ (فِيْ حَلْقِهِ) وَهُوَ أَعْلَى الْعُنُقِ (وَلَبَّتِهِ) أَيْ بِلَامٍ مَفْتُوْحَةٍ وَمُوَحَّدَةٍ مُشَدَّةٍ أَسْفَلِ الْعُنُقِ
Adz dzakah dengan menggunakan huruf dzal yang diberi titik satu di atas, maknanya secara bahasa adalah membuat enak, karena di dalam penyembelihan terdapat unsur membuat enak pada daging binatang yang disembelih.

وَالذَّكَاةُ بِذَالٍ مُعْجَمَةٍ مَعَنَاهَا لُغَةً التَّطْيِيِبُ لِمَا فِيْهَا مِنْ تَطْيِيْبِ أَكْلِ اللَّحْمِ الْمَذْبُوْحِ
Dan secara syara’ adalah menghentikan al hararah al ghariziyah (nyawa) dengan cara tertentu.

وَشَرْعًا إِبْطَالُ الْحَرَارَةِ الْغَرِيْزِيَّةِ عَلَى وَجْهٍ مَخْصُوْصٍ
Sedangkan binatang air yang halal dimakan, maka hukumnya halal tanpa disembelih menurut pendapat al ashah.

أَمَّا الْحَيَوَانُ الْمَأْكُوْلُ الْبَحْرِيُّ فَيَحِلُّ عَلَى الصَّحِيْحِ بِلَا ذَبْحٍ
Biantang yang tidak mudah untuk disembelih seperti kambing yang sulit dikendalikan atau onta yang lari tidak bisa dikendalikan, maka proses penyembelihannya dengan cara ‘aqruhu (melukainya), dengan membaca fathah huruf ‘ainnya, dengan bentuk melukai yang bisa menyebabkan kematian dengan cepat pada bagian manapun yang mudah untuk dilukai, maksudnya pada bagian manapun luka tersebut.
(وَمَا) أَيِ الْحَيَوَانُ الَّذِيْ (لَمْ يُقْدَرْ) بِضَمِّ أَوَّلِهِ (عَلَى ذَكَّاتِهِ) كَشَاةٍ أُنْسِيَّةٍ تَوَحَّشَتْ أَوْ بَعِيْرٍ ذَهَبَ شَارِدًا (فَذَكَّاتُهُ عَقْرُهُ) بِفَتْحِ الْعَيْنِ عَقَرًا مُزْهِقًا لِلرُّوْحِ (حَيْثُ قُدِرَ عَلَيْهِ) أَيْ فِيْ أَيِّ مَوْضِعٍ  كَانَ الْعَقْرُ. 


Proses Penyembelihan

Kesempurnaan penyembelihan, dalam sebagian redaksi, “dalam proses penyembelihan disunnahkan” melakukan empat perkara :

(وَكَمَالُ الذَّكَّاةِ) فِيْ بَعْضِ النُّسَخِ وَيُسْتَحَبُّ فِيْ الذَّكَّاةِ (أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ)
Salah satunya adalah memotong al hulqum, dengan membaca huruf ha’nya yang tidak diberi titik. Al hulqum adalah otot jalur keluar masuknya nafas.
أَحَدُهَا (قَطْعُ الْحُلْقُوْمِ) بِضَمِّ الْحَاءِ الْمُهْمَلَةِ وَهُوَ مَجْرَى النَّفَسِ دُخُوْلًا وَخُرُوْجًا
Yang kedua memotong al mari’ dengan membaca fathah huruf mimnya dan menggunakan huruf hamzah di akhirnya, dan boleh membaca tashil huruf hamzahnya.

(وَ) الثَّانِيْ قَطْعُ (الْمَرِئِ) بِفَتْحِ مِيْمِهِ وَهَمْزَةٍ آخِرَهً وَيَجُوْزُ تَسْهِيْلُهُ
Al mari’ adalah otot jalur makanan dan minuman dari leher hingga lambung. Posisi al mari’ di bawah al hulqum.
وَهُوَ مَجْرَى الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ مِنَ الْحَلْقِ إِلَى الْمَعِدَّةِ وَالْمَرِئِ تَحْتَ الْحُلْقُوْمِ
Semua yang disebutkan di atas harus dipotong sekaligus tidak boleh dengan dua kali pemotongan. Jika dengan dua kali pemotongan, maka hukum binatang yang disembelih adalah haram.

وَ يَكُوْنُ قَطْعُ مَا ذُكِرَ دَفْعَةً وَاحِدَةً لَا فِيْ دَفْعَتَيْنِ فَإِنَّهُ يَحْرُمُ الْمَذْبُوْحُ حِيْنَئِذٍ
Ketika dari al hulqum dan al mari’ masih ada yang tersisa -tidak terpotong-, maka hukum binatang yang disembelih adalah tidak halal.

وَمَتَّى بَقِيَ شَيْئٌ مِنَ الْحُلْقُوْمِ وَالْمَرِئِ لَمْ يَحِلَّ الْمَذْبُوْحُ.
Yang ketiga dan keempat adalah memotong al wadajain, dengan menggunakan huruf wau dan huruf dal yang terbaca fathah. Al wadajain adalah bentuk kalimat tatsniyah dari lafadz “wadaj” dengan membaca fathah atau kasrah huruf dalnya.

(وَ) الثَّالِثُ وَالرَّابِعُ قَطْعُ (الْوَدَجَيْنِ) بِوَاوٍ وَدَالٍ مَفْتُوْحَتَيْنِ تَثْنِيَّةُ وَدَجٍ بِفَتْحِ الدَّالِ وَكَسْرِهَا 
Al wadajain adalah dua otot yang berada di lipatan leher yang meliputi al hulqum.

وَهُمَا عِرْقَانِ فِيْ صَفْحَتَيِ الْعُنُقِ مُحِيْطَانِ بِالْحُلْقُوْمِ
Sesuatu yang sudah dianggap cukup dari penyembelihan, maksudnya sesuatu yang sudah cukup dalam proses penyembelihan adalah dua perkara, yaitu memotong al hulqum dan al mari’ saja.
(وَالْمُجْزِئُ مِنْهَا) أَيِ الَّذِيْ يَكْفِيْ فِيْ الذَّكَّاةِ (شَيْئَانِ قَطْعُ الْحُلْقُوْمِ وَالْمَرِئِ) فَقَطْ
Tidak disunnahkan memotong bagian dibalik al wadajain.
وَلَا يُسَنُّ قَطْعُ مَا وَرَاءَ الْوَدَجَيْنِ

Berburu

Diperbolehkan, maksudnya halal berburu, maksudnya memakan binatang yang diburu dengan setiap binatang buas yang telah terlatih.

(وَيَجُوْزُ) أَيْ يَحِلُّ (الْاِصْطِيَادُ) أَيْ أَكْلُ الْمُصَادِ (بِكُلِّ جَارِحَةٍ مُعَلَّمَةٍ مِنَ السِّبَاعِ)
Dalam sebagian redaksi dengan menggunakan bahasa, “dari binatang buas pemburu binatang ternak”, seperti macan kumbang, macan tutul, dan anjing.

وَفِيْ بَعْضِ النُّسَخِ مِنْ سِبَاعِ الْبَهَائِمِ كَالفَهْدِ وَالنَّمِرِ وَالْكَلْبِ
Dan burung-burung pemburu seperti burung elang dan rajawali, pada bagian manapun luka yang diakibatkan oleh binatang atau burung pemburu tersebut.

(وَمِنْ جَوَارِحِ الطَّيْرِ) كَصَقْرٍ وَ بَازٍ فِيْ أَيِّ مَوْضِعٍ كَانَ جُرْحُ السِّبَاعِ وَالطَّيْرِ
Al jarihah adalah lafadz yang tercetak dari lafadz “al jurh” yang bermakna berburu.
وَالْجَارِحَةُ مُشْتَقَّةٌ مِنَ الْجُرْحِ وَهُوَ الْكَسْبُ.

Syarat-Syarat Binatang Pemburu

Syarat binatang yang terlatih, maksudnya binatang-binatang pemburu ada empat :
(وَشَرَائِطُ تَعْلِيْمِهَا) أَيِ الْجَوَارِحِ (أَرْبَعَةٌ)
Salah satunya, binatang pemburu tersebut sudah terlatih sekira ketika dilepas, maksudnya dilepas oleh pemiliknya, maka binatang tersebut akan menurut.

أَحَدُهَا (أَنْ تَكُوْنَ) الْجَارِحَةُ مُعَلَّمَةً بِحَيْثُ (إِذَا أُرْسِلَتْ) أَيْ أَرْسَلَهَا صَاحِبُهَا (اسْتَرْسَلَتْ
Kedua, ketika binatang tersebut dihentikan, dengan membaca dlammah huruf awalnya, maksudnya dihentikan oleh pemiliknya, maka binatang tersebut menuruti perintah / berhenti.

(وَ) الثَّانِيْ أَنَّهَا (إِذَا زُجِرَتْ) بِضَمِّ أَوَّلِهِ أَيْ زَجَرَهَا صَاحِبُهَا (انْزَجَرَتْ
Ketiga, ketika binatang pemburu tersebut berhasil membunuh buruannya, maka ia sama sekali tidak memakan bagian dari binatang buruannya.

وَ) الثَّالِثُ أَنَّهَا (إِذَا قَتَلَتْ صَيْدًا لَمْ تَأْكُلْ مِنْهُ شَيْئًا
Ke empat, hal tersebut telah teruji berulang kali dari binatang pemburu tersebut, maksudnya ke empat syarat itu telah teruji berulang kali dari binatang pemburu tersebut sekira sudah ada dugaan bahwa binatang pemburu itu sudah benar-benar terlatih.

(وَ) الرَّابِعُ (أَنْ يَتَكَرَّرَ ذَلِكَ مِنْهَا) أَيْ تَتَكَرَّرَ الشَّرَائِطُ الْأَرْبَعَةُ مِنَ الْجَارِحَةِ بِحَيْثُ يُظَنُّ تَأَدُّبُهَا
Tikrar (berulang kali) tidak dikembalikan pada jumlah akan tetapi pada pakar ahli binatang pemburu.

وَلَا يُرْجَعُ فِيْ التَّكْرَارِ لِعَدَدٍ بَلِ الْمَرْجِعُ فِيْهِ لِأَهْلِ الْخُبْرَةِ بِطِبَاعِ الْجَوَارِحِ
Kemudian jika salah satu dari syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi, maka binatang yang berhasil ditangkap oleh binatang pemburu tersebut tidak halal dimakan.

(فَإِنْ عُدِمَتْ) مِنْهَا (إِحْدَى الشَّرَائِطِ لَمْ يَحِلَّ مَا أَخَذَتْهُ) الْجَارِحَةُ
Kecuali binatang yang telah ditangkap binatang pemburu tersebut masih ditemukan dalam keadaan hidup kemudian ia menyembelihnya, maka kalau demikian hukumnya halal dimakan.
إِلَّا أَنْ يُدْرِكَ) مَا أَخَذَتْهُ الْجَارِحَةُ (حَيًّا فَيُذَكِّى) فَيَحِلُّ حِيْنَئِذٍ

Alat Penyembelihan

Kemudian mushannif menjelaskan tentang alat penyembelihan di dalam perkataan beliau,

ثُمَّ ذَكَرَ الْمُصَنِّفُ آلَةَ الذَّبْحِ فِيْ قَوْلِهِ.
Diperkenankan menyembelih dengan setiap perkara, maksudnya dengan setiap perkara tajam yang bisa melukai seperti besi dan perunggu.

(وَتَجُوْزُ الذَّكَّاةُ بِكُلِّ مَا) أَيْ بِكُلِّ مُحَدَّدٍ (يَجْرِحُ) كَحَدِيْدٍ وَنُحَاسٍ
Selain gigi, kuku, dan tulang-tulang yang lain, maka tidak diperkenankan menyembelih dengan menggunakan barang-barang tersebut.
(إِلَّا بِالسِّنِّ وَالْظُفْرِ) وَبِاقِيْ الْعِظَامِ فَلَا تَجُوْزُ التَّذْكِيَّةُ بِهَا

Orang Yang Menyembelih

Kemudian mushannif menjelaskan orang yang sah penyembelihannya dengan perkataan beliau,

ثُمَّ ذَكَرَ الْمُصَنِّفُ مَنْ تَصِحُّ مِنْهُ التَّذْكِيَّةُ بِقَوْلِهِ
Hukumnya halal binatang sembelihan setiap orang muslim yang baligh atau tamyiz yang mampu untuk menyembelih.

(وَتَحِلُّ ذَكَّاةُ كُلِّ مُسْلِمٍ) بَالِغٍ أَوْ مُمَيِّزٍ يُطِيْقُ الذَّبْحَ
Dan -halal- binatang sembelihan setiap orang kafir kitabi, yaitu orang yahudi atau nasrani.

(وَ) ذَكَاةُ كُلِّ (كِتَابِيٍّ) يَهُوْدِيٍّ أَوْ نَصْرَانِيٍّ
Dan hukumnya halal binatang sembelihan orang gila atau orang yang mabuk menurut pendapat al adhar.

وَيَحِلُّ ذَبْحُ مَجْنُوْنٍ وَسَكْرَانَ فِيْ الْأَظْهَرِ
Dan hukumnya makruh penyembelih yang dilakukan oleh orang buta.

وَيُكْرَهُ ذَكَّاةُ الْأَعْمَى.
Dan hukumnya tidak halal binatang sembelihan orang majusi, orang penyembah berhala dan orang sesamanya yaitu orang-orang yang tidak memiliki kitab samawi di dalam agamanya.
(وَلَاتَحِلُّ ذَبِيْحَةُ مَجُوْسِيٍّ وَلَا وَثَنِيٍّ) وَنَحْوِهِمَا مِمَّنْ لَا كِتَابَ لَهُ


Janin di Perut Induknya

Penyembelihan janin -yang masih dalam kandungan induknya- sudah dicukupkan dengan penyembelihan induknya, sehingga tidak usah untuk disembelih lagi.

(وَذَكَّاةُ الْجَنِيْنِ) حَاصِلَةٌ (بِذَكَّاةِ أُمِّهِ) فَلَا يُحْتَاجُ لِتَذْكِيَّتِهِ
Hukum ini jika janin tersebut keluar dalam keadaan mati atau padanya terdapat hayat mustaqirah (hidup yang masih).

هَذَا إِنْ وُجِدَ مَيْتًا أَوْ فِيْهِ حَيَّاةٌ مُسْتَقِرَّةٌ
Allahumma, kecuali janin tersebut ditemukan dalam keadaan hidup dengan hayyat mustaqirah setelah keluar dari perut induknya, maka kalau demikian harus disembelih.
اللهم (إِلَّا أَنْ يُوْجَدَ حَيًّا) بِحَيَاةٍ مُسْتَقِرَّةٍ بَعْدَ خُرُوْجِهِ مِنْ بَطْنِ أُمِّهِ (فَيُذَكَّى) حِيْنَئِذٍ

Bagian Tubuh Binatang Hidup

Bagian yang terpotong dari binatang yang hidup maka hukumnya adalah bangkai,

(وَمَا قُطِعَ مِنْ) حَيَوَانٍ (حَيٍّ فَهُوَ مَيِّتٌ
Kecuali bulu, maksudnya bulu yang terlepas dari binatang yang halal dimakan, dalam sebagian redaksi menggunakan bahasa, “kecuali bulu-bulu”, yang dimanfaatkan untuk alas, pakaian dan yang lainnya.
إِلَّا الشَّعْرَ (أَيِ الْمَقْطُوْعُ مِنْ حَيَوَانٍ مَأْكُوْلٍ وَفِيْ بَعْضِ النُّسَخِ إِلَّا الشُّعُوْرَ (الْمُنْتَفَعَ بِهَا فِيْ الْمَفَارِشِ وَالْمَلَابِسِ) وَغَيْرِهَا

(Sumber : Kitab Fathul Qorib)

Baca juga artikel kami lainnya :  Sifat Hakekat Manusia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar