BAB AQIQAH

(Fasal) menjelaskan hukum-hukum aqiqah.

(فَصْلٌ) فِيْ بَيَانِ أَحْكَامِ (الْعَقِيْقَةِ)
Aqiqah secara bahasa adalah nama rambut yang berada di atas kepala anak yang dilahirkan.

وَهِيَ لُغَةً اسْمٌ لِلشَّعْرِ عَلَى رَأْسِ الْمَوْلُوْدِ
Dan secara syara’ akan dijelaskan oleh mushannif dengan perkataan beliau, “aqiqah untuk anak yang dilahirkan disunnahkan.”
وَشَرْعًا مَا سَيَذْكُرُهُ الْمُصَنِّفُ بِقَوْلِهِ (وَالْعَقِيْقَةُ) عَلَى الْمَوْلُوْدِ (مُسْتَحَبَّةٌ)
Mushannif mentafsiri aqiqah dengan perkataan beliau, “aqiqah adalah binatang yang disembelih sebab bayi yang dilahirkan pada hari ketujuh bayi tersebut, maksudnya  pada hari ketujuh kelahirannya.

وَفَسَّرَ الْمُصَنِّفُ الْعَقِيْقَةَ بِقَوْلِهِ (وَهِيَ الذَّبِيْحَةُ عَنِ الْمَوْلُوْدِ يَوْمَ سَابِعِهِ) أَيْ يَوْمَ سَابِعِ وِلَادَتِهِ
Hari saat kelahirannya termasuk dalam hitungan tujuh hari tersebut. -kesunnahan tetap berlaku- Walaupun bayi yang telah dilahirkan itu meninggal dunia sebelum hari ketujuh.
وَيُحْسَبُ يَوْمُ الْوِلَادَةِ مِنَ السَّبْعِ وَلَوْ مَاتَ الْمَوْلُوْدُ قَبْلَ السَّابِعِ
Kesunnahan aqiqah tidak hilang sebab ditunda hingga melewati hari ketujuh.
وَلَا تَفُوْتُ بِالتَّأْخِيْرِ بَعْدَهُ
Namun, jika aqiqah ditundah hingga anak tersebut baligh, maka hukum aqiqah gugur bagi orang yang melakukan aqiqah dari anak tersebut.

فَإِنْ تَأَخَّرَتْ لِلْبُلُوْغِ سَقَطَ حُكْمُهَا فِيْ حَقِّ الْعَاقِ عَنِ الْمَوْلُوْدِ
Sedangkan bagi anak itu sendiri, maka diperkenankan untuk melakukan aqiqah untuk dirinya sendiri ataupun tidak melakukannya.

أَمَّا هُوَ فَمُخَيَّرٌ فِيْ الْعَقِّ عَنْ نَفْسِهِ وَالتَّرْكِ
Disunnahkan menyembelih dua ekor kambing sebagai aqiqah untuk anak laki-laki, dan menyembelih satu ekor kambing untuk anak perempuan.

(وَيُذْبَحُ عَنِ الْغُلَامِ شَاتَانِ وَ) يُذْبَحُ (عَنِ الْجَارِيَّةِ شَاةٌ)
Sebagian ulama’ berkata, “adapun anak khuntsa, maka masih ihtimal / dimungkinkan disamakan dengan anak laki-laki atau dengan anak perempuan.”

قَالَ بَعْضُهُمْ أَمَّا الْخُنْثَى فَيَحْتَمِلُ إِلْحَاقُهُ بِالْغُلَامِ أَوْ بِالْجَارِيَّةِ
Namun, seandainya kemudian jelas kelamin prianya, maka disunnahkan untuk menambahi kekurangannya.

فَلَوْ بَانَتْ ذُكُوْرَتُهُ أُمِرَ بِالتَّدَارُكِ
Aqiqah menjadi berlipat ganda sebab berlipat gandanya anak.
وَتَتَعَدَّدُ الْعَقِيْقَةُ بِتَعَدُّدِ الْأَوْلَادِ


Proses Aqiqah

Bagi orang yang melaksanakan aqiqah, maka harus memberi makan kaum faqir dan kaum miskin.

(وَيُطْعِمُ) الْعَاقَ مِنَ الْعَقِيْقَةِ (الْفُقَرَاءَ وَالْمَسَاكِيْنَ)
Ia memasak aqiqah tersebut dengan bumbu manis dan memberikannya sebagai hadiah pada orang-orang faqir dan orang-orang miskin. Dan hendaknya tidak menjadikan aqiqah sebagai acara undangan. Dan hendaknya tidak memecahkan tulang-tulangnya.
فَيَطْبَحُهَا بِحُلْوٍ وَيُهْدِيْ مِنْهَا لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِيْنِ وَلَا يَتَّخِذُهَا دَعْوَةً وَلَا يُكْسَرُ عَظْمُهَا
Ketahuilah sesungguhnya usia binatang aqiqah, selamat dari cacat yang bisa mengurangi daging, memakannya, mensedekahkan sebagiannya, tidak boleh menjualnya dan menjadi wajib sebab nadzar, hukumnya adalah sesuai dengan hukum yang telah dijelaskan di dalam permasalahan binatang kurban.

وَاعْلَمْ أَنَّ سِنَّ الْعَقِيْقَةِ وَسَلَامَتَهَا مِنْ عَيْبٍ يُنْقِصُ لَحْمَهَا وَالْأَكْلَ مِنْهَا وَالتَّصَدُّقَ بِبَعْضِهَا وَامْتِنَاعَ بَيْعِهَا وَتَعَيُّنَهَا بِالنَّذَرِ حُكْمُهُ عَلَى مَا سَبَقَ فِيْ الْأُضْحِيَّةِ
Adzan, Cetak& Nama

Disunnahkan untuk mengumandangkan adzan di telinga kanan bayi yang baru dilahirkan dan mengumandangkan iqamah di telinga kirinya.

وَيُسَنُّ أَنْ يُؤْذَنَ فِيْ أُذُنِ الْمَوْلُوْدِ الْيُمْنَى وَيُقِيْمَ فِيْ أُذُنِهِ الْيُسْرَى
Dan -disunnahkan- melakukan hanak (mencetaki : jawa) bayi yang dilahirkan dengan menggunakan kurma kering. Maka seseorang menguyah kurma dan mengoleskannya pada langit-langit bagian dalam mulut si bayi agar ada sebagian dari kurma tersebut yang masuk ke dalam perutnya.
وَأَنْ يُحْنَكَ الْمَوْلُوْدُ بِتَمْرٍ فَيُمْضَعُ وَيُدْلَكُ بِهِ حَنَكُهُ دَاخِلَ فَمِّهِ لِيَنْزِلَ مِنْهُ شَيْئٌ إِلَى جَوْفِهِ
Kemudian, jika tidak menemukan kurma kering, maka dengan menggunakan kurma basah, dan jika tidak ada, maka menggunakan sesuatu yang manis.
فَإِنْ لَمْ يُوْجَدْ تَمْرٌ فَرُطَبٌ وَإِلَّا فَشَيْئٌ حُلْوٌ
Dan -disunnahkan-memberi nama si bayi pada hari ketujuh kelahirannya.
وَأَنْ يُسَمَّى الْمَوْلُوْدُ يَوْمَ سَابِعِ وِلَادَتِهِ
Dan diperbolehkan memberi nama si bayi sebelum atau setelah hari ke tujuh.
وَتَجُوْزُ تَسْمِيَّتُهُ قَبْلَ السَّابِعِ وَبَعْدَهُ
Seandainya si bayi meninggal dunia sebelum hari ke tujuh, maka disunnah-kan untuk memberi nama padanya.
وَلَوْ مَاتَ الْمَوْلُوْدُ قَبْلَ السَّابِعِ سُنَّ تَسْمِيَّتُهُ

(Sumber : Kitab Fathul Qorib)

Baca juga artikel kami lainnya :  Sifat Hakekat Manusia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar