BAB MACAM-MACAM MU’TADDAH DAN HUKUM-HUKUMNYA

(Fasal) menjelaskan mu’taddah (wanita yang menjalankan ‘iddah) dan hukum-hukumnya.
(فَصْلٌ) فِيْ أَنْوَاع ِالْمُعْتَدَّةِ وَأَحْكَامِهَا

Wanita Talak Raj’i

Bagi wanita yang menjalankan ‘’iddah talak raj’i maka wajib menetap di rumah yang menjadi tempat saat ia tertalak jika memang layak baginya.

(وَيَجِبُ لِلْمُعْتَدَّةِ الرَّجْعِيَّةِ السُّكْنَى) فِيْ مَسْكَنِ فِرَاقِهَا إِنْ لاَقَ بِهَا
Dan wajib diberi nafkah dan pakaian kecuali ia nusuz sebelum tertalak atau di tengah-tengah pelaksaan ‘iddah.

(وَالنَّفَقَةُ) وَالْكِسْوَةُ إِلَّا أَنْ تَكُوْنَ نَاشِزَةً قَبْلَ طَلَاقِهَا أَوْ فِيْ أَثْنَاءِ عِدَّتِهَا
Sebagaimana wajib diberi nafkah, ia juga wajib diberi kebutuhan hidup yang lain kecuali alat membersihkan badan.
وَكَمَا يَجِبُ لَهَا النَّفَقَةُ يَجِبُ لَهَا بَقِيَّةُ الْمُؤَنِ إِلَّا آلَةَ التَّنْظِيْفِ

Wanita Talak Ba’in

Bagi wanita yang tertalak ba’in wajib diberi tempat tinggal tidak wajib diberi nafkah kecuali ia dalam keadaan hamil.

(وَ) يَجِبُ (لِلْبَائِنِ السُّكْنَى دُوْنَ النَّفَقَةِ إِلَّا أَنْ تَكُوْنَ حَامِلًا)
Maka wajib memberi nafkah padanya sebab kehamilan menurut pendapat ash shahih.

فَتَجِبُ النَّفَقَةُ لَهَا بِسَبَبِ الْحَمْلِ عَلَى الصَّحِيْحِ
Ada yang mengatakan sesungguhnya nafkah itu untuk kandungan.
وَقِيْلَ إِنَّ النَّفَقَةَ لِلْحَمْلِ .


Wanita Yang Ditinggal Mati Suami

Wajib bagi mu’taddah mutawaffa ‘anha zaujuha untuk melakukan ihdad.

(وَ يَجِبُ عَلَى الْمُتَوَفَّى عَنْهَا زَوْجُهَا الْإِحْدَادُ
Ihdad secara bahasa diambil dari lafadz “al had”. Al had adalah bermakna mencegah.

وَهُوَ) لُغَةً مَأْخُوْذٌ مِنَ الْحَدِّ وَهُوَ الْمَنْعُ
Ihdad secara syara’ adalah mencegah diri dari berhias dengan tidak memakai pakaian yang diwarna dengan warna yang ditujukan untuk berhias seperti pakaian yang berwarna kuning atau merah.

وَشَرْعًا (الْاِمْتَنَاعُ مِنَ الزِّيْنَةِ) بِتَرْكِ لَبْسِ مَصْبُوْغٍ يُقْصَدُ بِهِ زِيْنَةٌ كَثَوْبٍ أَصْفَرَ أَوْ أَحْمَرَ
Hukumnya mubah memakai pakaian yang tidak berwarna dari bahan kapas, bulu, katun, sutra ulat, dan pakaian berwarna yang tidak ditujukan untuk berhias.

وَيُبَاحُ غَيْرُ الْمَصْبُوْغِ مِنْ قُطْنٍ وَصُوْفٍ وَكَتَّانٍ وَإِبْرَيْسِمٍ وَمَصْبُوْغٍ لَا يُقصَدُ لِزِيْنَةٍ
Dan mencegah diri dari wewangian, maksudnya menggunakan wewangian di badan, pakaian, makanan, atau celak yang tidak diharamkan.

(وَ) الْاِمْتِنَاعُ مِنَ (الطِّيْبِ) أَيْ مِنِ اسْتِعْمَالِهِ فِيْ بَدَنٍ أَوْ ثَوْبٍ أَوْ طَعَامٍ أَوْ كُحْلٍ غَيْرِ مُحَرَّمٍ
Adapun celak yang diharamkan seperti bercelak dengan itsmid yang tidak berbau wangi, maka hukumnya haram -ditinjau dari barangnya-.
أَمَّا الْمُحَرَّمُ كَالْاِكْتِحَالِ بِالإِثْمِدِ الَّذِيْ لَا طِيْبَ فِيْهِ فَحَرَامٌ
Kecuali karena ada hajat seperti sakit mata, maka diperkenankan menggunakannya bagi wanita yang sedang ‘iddah.

إِلاَّ لِحَاجَةٍ كَرَمَدٍ فَيُرْخَصُ فِيْهِ لِلْمُحِدَّةِ
Walaupun demikian, namun dia harus menggunakannya di malam hari dan membersihkannya di siang hari kecuali ada keadaan darurat yang menuntut untuk memakainya di siang hari.

وَمَعَ ذَلِكَ فَتَسْتَعْمِلُهُ لَيْلًا وَتَمْسَحُهُ نَهَارًا إِلاَّ إِنْ دَعَتْ ضَرُوْرَةٌ لِاسْتِعْمَالِهِ نَهَارًا
Bagi seorang wanita -selain istri yang ditinggal- diperkenankan melakukan ihdad atas kematian selain suaminya, baik kerabat atau lelaki lain selama tiga hari atau kurang.

وَلِلْمَرْأَةِ أَنْ تُحِدَّ عَلَى غَيْرِ زَوْجِهَا مِنْ قَرِيْبٍ لَهَا أَوْ أَجْنَبِيٍّ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ فَأَقَلَّ
Maka bagi dia haram melakukan ihdad lebih dari tiga hari jika memang sengaja untuk ihdad.

فَتَحْرُمُ الزِّيَادَةُ عَلَيْهَا إِنْ قَصَدَتْ ذَلِكَ
Sehingga, jika ia melakukannya lebih dari tiga hari tanpa ada tujuan untuk melakukan ihdad, maka hal itu tidaklah haram.

فَإِنْ زَادَتْ عَلَيْهَا بِلَا قَصْدٍ لَا يَحْرُمُ .
Bagi mu’taddah mutawaffa ‘anha zaujuha dan wanita yang tertalak ba’in wajib menetap di dalam rumah.

(وَ) يَجِبُ (عَلَى الْمُتَوَفَّى عَنْهَا زَوْجُهَا وَالْمَبْتُوْتَةِ مُلَازَمَةُ الْبَيْتِ)
Maksudnya rumah yang menjadi tempat terjadinya perpisahan antara dia dengan suaminya, jika rumah itu layak baginya.

أَيْ وَهُوَ الْمَسْكَنُ الَّذِيْ كَانَتْ فِيْهِ عِنْدَ الْفُرْقَةِ إِنْ لَاقَ بِهَا
Bagi suami dan yang lain tidak diperkenankan mengeluarkan wanita tersebut dari rumah tempat terjadinya perpisahan.
وَلَيْسَ لِزَوْجٍ وَلَا غَيْرِهِ إِخْرَاجُهَا مِنْ مَسْكَنِ فِرَاقِهَا
Begitu juga bagi wanita tersebut tidak diperkenankan keluar dari sana walaupun sang suami rela.
وَلاَ لَهَا خُرُوْجٌ مِنْهُ وَإِنْ رَضِيَ زَوْجُهَا
Kecuali karena ada hajat, maka bagi dia diperkenankan keluar rumah.

(إِلَّا لِحَاجَةٍ) فَيَجُوْزُ لَهَا الْخُرُوْجُ
Seperti ia keluar di siang hari karena untuk membeli makanan, kain katun, menjual tenunan atau kapas dan sesamanya.

كَأَنْ تَخْرُجَ فِيْ النَّهَارِ لِشِرَاءِ طَعَامٍ وَكَتَّانٍ وَبَيْعِ غَزْلٍ أَوْ قُطْنٍ وَنَحْوِ ذَلِكَ
Bagi wanita tersebut diperkenankan keluar malam ke rumah tetangga perempuannya karena untuk menenun, ngobrol dan sesamanya dengan syarat pulang dan bermalam di rumahnya sendiri.

وَيَجُوْزُ لَهَا الْخُرُوْجُ لَيْلًا إِلَى دَارِ جَارَتِهَا لِغَزْلٍ وَحَدِيْثٍ وَنَحْوِهِمَا بِشَرْطِ أَنْ تَرْجِعَ وَتَبِيْتَ فِيْ بَيْتِهَا
Bagi dia juga diperkenankan keluar ketika khawatir pada dirinya, anaknya  dan sesamanya, yaitu permasalahan-permasalahan yang disebutkan di dalam kitab-kitab yang panjang penjelasannya.
وَيَجُوْزُ لَهَا الْخُرُوْجُ أَيْضًا إِذَا خَافَتْ عَلَى نَفْسِهَا أَوْ وَلَدِهَا وَغَيْرِ ذَلِكَ مِمَّا هُوَ مَذْكُوْرٌ فِيْ الْمُطَوَّلَاتِ .


(Sumber : Kitab Fathul Qorib)

Baca juga artikel kami lainnya :  Sejarah Perkembangan Manusia


Tidak ada komentar:

Posting Komentar