BAB BEGAL JALANAN

(Fasal) menjelaskan hukum-hukum qathi’ ath thariq.
(فَصْلٌ) فِيْ أَحْكَامِ (قَاطِعِ الطَّرِيْقِ)
Disebut demikian karena manusia enggan melewati jalan sebab takut padanya.

وَسُمِّيَ بِذَلِكَ لِامْتِنَاعِ النَّاسِ مِنْ سُلُوْكِ الطَّرِيْقِ خَوْفًا مِنْهُ
Qathi’ ath thariq adalah orang islam mukallaf yang memiliki kekuatan.

وَهُوَ مُسْلِمٌ مُكَلَّفٌ لَهُ شَوْكَةٌ
Maka tidak disyaratkan harus laki-laki atau lebih dari satu.

فَلَا يُشْتَرَطُ فِيْهِ ذُكُوْرَةٌ وَلَا عَدَدٌ
Dengan bahasa “qathi’ ath thariq’”,  mengecualikan penjambret yang mengincar rombongan yang paling belakang dan mengandalkan lari.
فَخَرَجَ بِقَاطِعِ الطَّرِيْقِ الْمُخْتَلِسُ الَّذِى يَتَعَرَّضُ لِأَخِرْ الْقَافِلَةِ ويَعْتَمِدُ الْهَرَبَ


Macam-Macam Begal

Qathi’ ath thariq ada empat bagian.
(وَقُطَّاعُ الطَّرِيْقِ عَلَى أَرْبَعَةِ أَقْسَامٍ(
Yang pertama disebutkan di dalam perkataan mushannif, “jika mereka (para begal) membunuh orang sepadan, maksudnya dengan sengaja dan dhalim, dan tidak mengambil harta, maka mereka harus dihukum mati.

الْأَوَّلُ مَذْكُوْرٌ فِيْ قَوْلِهِ (إِنْ قَتَلُوْا) أَيْ عَمْدًا عُدْوَانًا مَنْ يُكَافِئُوْهُ (وَلَمْ يَأْخُذُوْا الْمَالَ قُتِلُوْا) حَتْمًا
Dan jika mereka membunuh dengan tidak sengaja, syibh ‘amdin atau membunuh orang yang tidak sepadan, maka mereka tidak dihukum mati.

وَإِنْ قَتَلُوْا خَطَأً أَوْ شِبْهَ عَمْدٍ أَوْ مَنْ لَمْ يُكَافِئُوْهُ لَمْ يُقْتَلُوْا
Yang kedua disebutkan di dalam perkataan mushannif, “jika mereka membunuh dan mengambil harta, maksudnya harta yang mencapai nishab sariqah atau lebih, maka mereka harus dihukum mati dan disalib di atas kayu dan sesamnya, akan tetapi setelah mereka dimandikan, dikafani dan disholati.
وَالثَّانِيْ مَذْكُوْرٌ فِيْ قَوْلِهِ (فَإِنْ قَتَلُوْا وَآخَذُوْا الْمَالَ) أَيْ نِصَابَ السَّرِقَةِ فَأَكْثَرَ (قُتِلُوْا وَصُلِبُوْا) عَلَى خَشَبَةٍ وَنَحْوِهَا لَكِنْ بَعْدَ غَسْلِهِمْ وَتَكْفِيْنِهِمْ وَالصَّلَاةِ عَلَيْهِمْ
Yang ketiga disebutkan di dalam perkataan mushannif, “jika mereka mengambil harta dan tidak sampai membunuh, maksudnya mengambil harta yang mencapai nishab sariqah atau lebih dari tempat penjagaan semestinya dan tidak ada unsur syubhat bagi mereka dalam harta tersebut, maka tangan dan kaki mereka dipotong selang seling

وَالثَّالِثُ مَذْكُوْرٌ فِيْ قَوْلِهِ.  (وَإِنْ أَخَذُوْا الْمَالَ وَلَمْ يَقْتُلُوْا) أَيْ نِصَابَ السَّرِقَةِ فَأَكْثَرَ مِنْ حِرْزِ مِثْلِهِ وَلَا شُبْهَةَ لَهُمْ فِيْهِ (تُقْطَعُ أَيْدِيْهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ مِنْ خِلَافٍ)
Maksudnya, pertama tangan kanan dan kaki kiri mereka dipotong.

أَيْ تُقْطَعُ مِنْهُمْ أَوَّلاً الْيَدُّ الْيُمْنَى وَالرِّجْلُ الْيُسْرَى
Jika mengulangi lagi, maka tangan kiri dan kaki kanannya mereka dipotong.

فَإِنْ عَادُوْا فَيُسْرَاهُمْ وَيُمْنَاهُمْ يُقْطَعَانِ
Jika tangan kanan atau kaki kirinya tidak ada, maka dicukupkan dengan yang ada menurut pendapat al ashah.

فَإِنْ كَانَتِ الْيُمْنَى أَوِ الرِّجْلُ الْيُسْرَى مَفْقُوْدَةً اُكْتُفِيَ بَالْمَوْجُوْدِ فِيْ الْأَصَحِّ
Yang ke empat disebutkan di dalam perkataan mushannif, “jika mereka hanya menakut-nakuti orang-orang yang lewat di jalan tanpa mengambil harta dari mereka dan tidak membunuh siapapun, maka mereka dipenjara di selain daerah mereka dan dita’zir, maksudnya imam memenjarakan dan menta’zir mereka.

وَالرَّابِعُ مَذْكُوْرٌ فِيْ قَوْلِهِ (فَإِنْ أَخَافُوْا) الْمَارِّيْنَ فِيْ (السَّبِيْلِ) أَيِ الطَّرِيْقِ (وَلَمْ يَأْخُذُوْا) مِنْهُمْ (مَالاً وَلَمْ يَقْتُلُوْا) نَفْسًا (حُبِسُوْا) فِيْ غَيْرِ مَوْضِعِهِمْ (وَعُزِّرُوْا) أَيْ حَبَسَهُمُ الْإِمَامُ وَعَزَّرَهُمْ.
Barang siapa dari mereka telah bertaubat sebelum terkangkap oleh imam, maka hukum-hukum had gugur dari dirinya, maksudnya hukuman-hukuman yang khusus dengan qathi’ ath thariq.

(وَمَنْ تَابَ مِنْهُمْ) أَيْ قُطَّاعِ الطَّرِيْقِ (قَبْلَ الْقُدْرَةِ) مِنَ الْإِمَامِ (عَلَيْهِ سَقَطَتْ عَنْهُ الْحُدُوْدُ) أَيِ الْعُقُوْبَاتُ الْمُخْتَصَّةُ بِقَاطِعِ الطَّرِيْقِ
Hukuman tersebut adalah kewajiban membunuh, mensalib, memotong tangan dan kakinya.

وَهِيَ تَحَتُّمُ قَتْلِهِ وَصَلْبِهِ وَقَطْعِ يَدِّهِ وَرِجْلِهِ
Dan tidak gugur had-had yang lain yang menjadi haknya Allah Ta’ala seperti zina dan mencuri setelah bertaubat.

وَلَا يَسْقُطُ بَاقِيْ الْحُدُوْدِ الَّتِيْ لِلَّهِ تَعَالَى كَزِنًا وَسَرِقَةٍ بَعْدَ التَّوْبَةِ
Dari perkataan mushannif, “hak-hak yang berhubungan dengan anak Adam seperti qishash, had qadzaf, dan mengembalikan harta, di ambil kembali,” dapat diambil pemahaman bahwa sesungguhnya semua bentuk hak-hak tersebut tidak bisa gugur dari qathi’ ath thari sebab ia telah bertaubat, dan hukum yang benar memang demikian.
وَفُهِمَ مِنْ قَوْلِهِ (وَاُخِذَ) بِضَمِّ أَوَّلِهِ (بِالْحُقُوْقِ) أَيِ الَّتِيْ تَتَعَلَّقُ بِالْآدَمِيِّيْنَ كَقِصَاصً وَحَدِّ قَذْفٍ وَرَدِّ مَالٍ أَنَّهُ لَا يَسْقُطُ شَيْئٌ مِنْهَا عَنْ قَاطِعِ الطَّرِيْقِ بِتَوْبَتِهِ وَهُوَ كَذَلِكَ.

(Sumber : Kitab Fathul Qorib)

Baca juga artikel kami lainnya :  Sifat Dasar Manusia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar